Kasih sayang harus dijatuhi sejak sekarang dan bukan saat terakhir ketika divonis hukuman mati | Ino Sigaze.
Kasus rumit dan panjang Ferdy Sambo (FS) akhirnya dijatuhi palu vonis hukuman mati berdekatan dengan momen hari kasih sayang (Valentine Day).Â
Dilema sekali untuk coba menghubungkan dua momen itu secara bersama-sama. Apakah mungkin ada kasih sayang untuk FS bersama keluarganya?Â
Namun, pertanyaan itu juga tidak cukup, pihak keluarga dari Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (J) tentu saja bertanya apakah tidak ada kasih sayang dari seorang FS pada J?
Pembunuhan tentu saja menjadi bukti dari kehilangan kasih sayangÂ
Kalau berpijak pada gagasan ini, maka pihak keluarga dari J hanya akan mengatakan masuk akal bahwa saat ini FS menerima vonis hukuman mati itu.Â
Namun sayangnya hukuman mati itu sendiri sama dengan tindakan hukum tanpa kasih sayang. Kalau dilihat dari perspektif seperti itu, maka apa yang dialami FS saat itu sama seperti ungkapan nyawa dibayar nyawa.
Dimanakah kasih sayang itu?
Tiada kasih sayang itu ada sejak hati manusia dikuasai oleh kecemburuan, amarah, dendam, hawa nafsu, dan persaingan tidak sehat.Â
Sebaliknya kasih sayang itu ada ketika hati manusia itu diliputi oleh rasa sukacita, damai, persaudaraan, saling mengampuni, saling menghormati dan mencintai, saling memberikan respek dan menerima orang lain sebagaimana adanya.
Momen antara adanya kasih sayang dan tiadanya kasih sayang tentu saja momen yang pernah dialami  oleh semua manusia. Namun, apa yang tidak boleh dimengerti lurus adalah bahwa momen tidak ada kasih sayang itu sama dengan harus membunuh yang lain.
Momen tidak ada kasih sayang, tidak akan menjadi momen yang sangat buruk, jika tanpa ada tindakan kekerasan, tidak ada kata-kata yang menikam dan memisahkan, bahkan saling menghakimi.
Cara mengatasi momen tanpa kasih sayang dan kenangan momen final vonis hukuman mati
Oleh karena itu, sebenarnya setiap orang bisa menghindari momen tanpa kasih sayang itu dengan cara diam dan melakukan hal-hal lain yang berguna sebagai cara untuk mengendalikan diri dari daya yang menjauhkan seseorang dari kasih sayang.
Momen tanpa kasih sayang bisa saja mulanya muncul cuma dalam perasaan manusia, namun karena momen itu tidak bisa dikendalikan dengan cara-cara yang baik, maka gerah dalam rasa itu akan semakin membara, hingga muncul tindakan yang bisa seperti menghabisi nyawa orang lain.
Kasih sayang itu akan menjadi penting dan paling dibutuhkan manusia, ketika orang bisa memposisikan dirinya seperti di momen terakhir ketika hakim ketua siap mengetuk vonis hukuman mati.
Mungkinkah momen itu menjadi momen kenangan saat rasa hati kita bergulat dengan saat-saat tanpa kasih sayang? Saya percaya bahwa ingatan (Erinnerung) tentang palu vonis hukuman mati itu akan menjadi momen final yang bisa meredam amarah diri sendiri.
Logikanya, seperti ini, jika saat ini saya tidak mengambil tindakan kekerasan dan pembunuhan pada momen "tanpa kasih sayang," maka saya tidak akan mengalami momen final saat palu vonis hukuman mati itu datang.
Apakah momen kasih sayang perlu sesering mungkin dirayakan?
Kasih sayang dan perhatian memang sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Oleh karena itu, sebenarnya orang bisa bicara tentang kasih sayang bukan saja cuma di rumah sendiri, tetapi juga di semua tempat.
Lebih dari sekedar bicara, kasih sayang bukan cuma untuk dibicarakan, tetapi untuk dihayati dan dinyatakan baik di rumah dan di tempat kerja atau di mana saja ada perjumpaan dengan orang lain.
Kadang juga orang salah persepsi seakan-akan kasih sayang itu lebih menjurus kepada konsep hubungan yang mengarah kepada perkawinan suami istri.
Tentu saja, semestinya kasih sayang itu tidak saja mengarahkan orang kepada suatu intimitas hubungan yang mengarah ke perkawinan, tetapi lebih dari itu bersifat universal.
Kasih sayang universal itu bisa muncul dalam aneka bentuk seperti respek pada yang lain, dalam bentuk ramah tamah, silaturahmi, perhatian pada siapa saja.
Saya jadi ingat akan tulisan seorang filsuf yang masih hidup tinggal di kota Mainz, Rudi Ott. Katanya perhatian itu tidak hanya berhenti pada wilayah luar dan fisik, tetapi harus lebih dari itu sampai kepada perhatian kepada jiwa (Seele).
Bahkan hal yang sangat mengagumkan tulisnya, "Die Seele ist darum auch das Wesentliche und im Gespräch mit anderen reden wir " mit der Seele zu der Seele" atau Oleh karena itu, jiwa juga penting dan dalam percakapan dengan orang lain seperti kita berbicara "dari jiwa ke jiwa". (Rud Ott, Den Weg der Weisheit- Schritte zum gelingenden Leben, Germany, 2016, 28).
Pada akhirnya kita bisa mengatakan bahwa momen vonis hukuman mati FS akan berguna, jika hal itu dijadikan kenangan untuk mengingatkan semua orang bahwa kasih sayang itu harus diutamakan dan orang perlu menghindari momen ketika perasaan diri dikuasai amarah yang melenyapkan kasih sayang.
Selamat hari kasih sayang, teman-teman pembaca semuanya.
Salam berbagi, in0, 14.02.2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H