Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

100 Tahun NU, Benteng NKRI dan Toleransi-Anti Radikalisme

7 Februari 2023   04:14 Diperbarui: 7 Februari 2023   23:50 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesembilan pahlawan NU itu tentu saja mewariskan cerita, ajaran hidup dan keteladanan bagi generasi-generasi NU saat ini dan selanjutnya.

Oleh karena itu, tidak ada harapan yang lebih berarti dari seluruh rakyat Indonesia ini bahwa di usia 100 tahun ini, NU jangan lupa sebagai sesepuh mengajarkan generasi baru untuk setia pada tradisi dan warisan nilai para pahlawan itu.

Mereka tidak pernah berhenti mempertaruhkan nyawa mereka untuk kemerdekaan, dan keutuhan bangsa ini. Oleh karena itu, sepantasnya barisan penerus NU bergandengan tangan dan mengangkat kepala menatap ajaran dan tradisi pendahulunya lalu menafsirkannya sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika.

Jika akar wawasan pengikut NU tidak goyah, maka apapun pengaruh radikalisme itu tidak akan sanggup meruntuhkan peradaban bangsa ini. 

Jika NU bersatu, maka NKRI pasti utuh. Jika NU lurus dan tulus pada ajaran sesepuh mereka, maka toleransi akan tetap bertumbuh subur di negeri ini.

Perjumpaan dengan Kyai NU di Kota Malang

Saya masih ingat waktu itu tahun 2010, saya mengikuti kursus kepemimpinan di kota Malang. Sebulan kursus itu dengan berbagai macam kegiatannya.

Satu kegiatan yang menarik dan tidak terlupakan adalah kunjungan persaudaraan di rumah seorang kyai di kota Malang. Saat itu kami memasuki rumah sang kyai itu.

Rumah itu sangat bersih dan ditata rapi, ada lemari buku yang tebal. Ada karpet berbunga yang sangat indah. Ada hidangan makan yang bermacam-macam.

Kami 40 orang duduk bersama di dalam ruangan dalam rumah sang kyai. Kami mendengarkan petuahnya. "Kita satu saudara, cuma beda bahasa dan kalimat, tapi isi dan intinya sama," tegasnya waktu itu.

Satu hal yang berkesan adalah respek dan rasa hormat yang luar biasa, ketika kami menyanyikan satu lagu Mariam, sang kyai memejamkan matanya. Ketika lagu selesai, sang kyai membuka matanya, lalu berkata, "Itu benar, dia perempuan yang terpilih."

Perjumpaan itu sangat membekas dalam hati dan pikiran saya. Saat itu adalah saat pertama berjumpa dengan sang kyai yang penuh hikmat dengan pancaran wajahnya yang tenang dan bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun