Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apakah Temuan Peneliti Jerman akan Mengubah Teks tentang Pembalseman Mesir Kuno dan Sejarah Perdagangan Global?

5 Februari 2023   05:12 Diperbarui: 6 Februari 2023   12:45 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stockhammer bahkan menegaskan bahwa temuan ini belum pernah diungkapkan sebelumnya. 

Sampai pada kenyataan ini, sebenarnya untuk pembaca Indonesia, pikiran kita bisa langsung terarah kepada pertanyaan, apakah mumifikasi pada suku-suku tradisional di Indonesia juga menggunakan bahan pengawet yang sama? 

Ada mumi di Wamena, Papua dengan usia 250 tahun, Mumi di suku Toraja, Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lainnya. Apakah sudah ada jaringan perdagangan global antara Indonesia dan Mesir?

Peneliti gabungan Jerman-Mesir juga menegaskan bahwa temuan terkait asal bahan dasar yang dipakai untuk mumifikasi itu mengindikasikan bahwa titik awal dari perdagangan global. 

Memang harus diakui bahwa mumi di Saqqara Mesir itu memiliki keunikannya sendiri: orang mati dibalsem dalam skala besar itu hanya untuk orang yang berasal dari kelas menengah ke atas. Mumi tampaknya ada hubungannya dengan sistem sosial Mesir saat itu. 

Namun, hal yang pasti bahwa proses dan bahan yang digunakan dalam tradisi pembalseman selama lebih dari 4000 tahun tentu tidak sama dan tidak bisa dibandingkan dengan di Saqqara.

Kesaksian dari peneliti gabungan itu bahwa bengkel pembalseman itu dirancang untuk suatu pergantian besar yakni di sebelah unit permukaan tanah, ruangan pembalseman yang sebenarnya sebagaimana ditemukan pada tahun 2016 oleh Egyptologist, Ramadan Hussein. 

Kedalaman lubang pembalseman 13 meter itu tidak lain untuk alasan pendinginan alami. Ruangan pembalseman itu tidak jauh dari kuburan. Dugaan dari peneliti rupanya ada tingkatan mumifikasi dengan biaya yang berbeda-beda. Ya, rupanya beda kelas sosial, beda pula biayanya.

Sumber dari: ntv.de. 

Salam berbagi, ino, 5.02.2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun