Paus Benediktus ke-16 wafa, pertanyaan dan kekosongan kata
Saya terpesona dengan ucapannya, "Akal tidak bisa disembuhkan tanpa iman, tetapi iman tidak bisa menjadi manusia tanpa akal." Duh pening juga tuh untuk merenungkan lagi ucapan ini. tapi, prinsipnya sederhana akal pikiran manusia akan semakin jernih berpikir jika dilandasi dengan dasar iman yang benar.
Bagi siapa saja yang tidak mengerti tentang segala sesuatu, atau bahkan tidak mengerti tentang keadaan orang lain, biasanya orang mengajukan pertanyaan. Tapi, jangan lupa jangan terus-terus mengajukan pertanyaan yang sama, apalagi terkait kesalahan seseorang.
Saat itu saya coba menuangkan gagasan tentang mengapa orang mengajukan pertanyaan yang sama dan mengapa orang tidak suka mendengar pertanyaan yang sama-sama.
Dari situ muncul buah permenungan seperti ini, "bertanyalah bukan untuk merendahkan orang lain, tetapi untuk mendapatkan informasi yang benar dan mengikat persaudaraan dan keakraban."
Entah kenapa tiba-tiba dari tanggal 3-16 Januari saya tidak meninggalkan tulisan apa-apa. Waduh baru tahu di akhir Januari, ternyata belum konsisten setiap hari menulis.
Sistem yang menghilangkan perbedaan
Pada tanggal 17 Januari muncul ide tentang hilangkan perbedaan kaya-miskin dengan sistem kartu dalam urusan transportasi menggunakan kereta api di Indonesia.Â
Gagasan itu diberi penghargaan sebagai artikel utama. Kata-kata yang khusus muncul saat itu seperti ini, "Sistem apa saja yang membuat orang lain terdepak secara sosial tentu saja tidak baik, karena kita adalah satu bangsa dan punya hak hidup dan hak memperoleh pelayanan yang sama."
Jika tanpa ada waktu untuk menulis pada saat itu, maka saya tidak punya ungkapan seperti itu juga. Itulah untungnya menulis, tidak ada hari yang berlalu tanpa kata yang ditinggalkan untuk dibaca.
Gagasan lato-lato dan segelas kopi menikmati puisi