Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

4 Perspektif tentang Revisi Batasan Hukum, Kurikulum Merdeka, dan Solusi Pembatasan Searching Bebas

28 Januari 2023   05:15 Diperbarui: 28 Januari 2023   22:15 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
4 perspektif tentang revisi batasan hukum, kurikulum merdeka dan solusi pembatasan searching bebas bagi anak | Dokumen Ilustrasi diambil oleh Inosensi

Saya yakin pola nasihat seperti itu, tentu saja tidak cukup lagi. Oleh karena itu, mungkin kurikulum merdeka tetap saja ada, namun dengan aksen khusus sesuai perkembangan zaman saat ini.

Katakan saja, pelajaran tentang dewasa berpikir dan moral tindakan pribadi itu harus menjadi mata pelajaran yang perlu lebih intensif diberikan, mungkin wajib diberikan. 

Pertanyaan kita, mungkinkah hal seperti itu mendapat perhatian guru-guru di sekolah dan orangtua di rumah? 

Semakin para guru dan orangtua menyadari pentingnya kedewasaan berpikir dan kesadaran moral dalam setiap tindakan anak-anak, maka tentu saja semakin baik.

Nah, bagaimana dengan anak-anak yang tidak lagi berada di bawah bimbingan orang tua mereka karena situasi rumah tangga seperti KDRT dan juga yang tidak lagi berada di bangku pendidikan?

Saya pikir pemerintah perlu punya seperti sebuah panti pembinaan bagi anak-anak dalam kategori seperti itu. Bisa saja kasus-kasus aktual saat ini muncul dari kategori anak dalam kelompok yang terlepas dari perhatian orang tua mereka.

Di dalam panti pembinaan itu bukan saja ditargetkan untuk anak-anak yang sudah terjerat masalah, tetapi di sana lebih sebagai panti pembinaan dan pembentukan karakter dan moral mereka.

Kasihan kalau tanpa cara seperti itu, siapa lagi yang bisa merangkul mereka? Mungkinkah pemerintah punya perhatian sampai ke arah seperti itu?

Pada merekalah masa depan bangsa ini. Apa yang bisa kita lakukan untuk mereka saat ini, tentu saja akan berdampak pada citra bangsa kita di masa yang akan datang.

4. Solusi apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah, orangtua dan guru?

Saya tertarik dengan apa yang terjadi di Jerman secara khusus tentang konsep internet rumah. Rancangan internet rumah itu sudah disetting sedemikian dengan pembatasan akses-akses link yang dianggap tidak cocok untuk anak-anak, seperti pornografi dan kekerasan.

Saya pikir cara pengaturan sistem internet rumah itu sangat bagus, tidak hanya di rumah tetapi di sekolah dan bahkan orang tua perlu mengatur settingan handphone anaknya, agar bebas dari peluang searching bebas itu.

Bagaimana dengan orangtua yang tidak tahu apa-apa tentang internet dan urusan media sosial? Nah, itulah peran yang mesti diambil alih oleh guru-guru di sekolah.

Pokok pikiran ini tidak bermaksud merampas kebebasan anak lho, tetapi dalam rangka mengarahkan anak kepada jalan yang benar di tengah arus kebebasan informasi di sosial media saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun