Soalnya di tangan saya ada beberapa eksemplar koran "Glauben und Leben". Dengan cepatnya, ia mengatakan, "Ich habe keine Interesse" Saya tidak tertarik. Saya menjawab dengan cepat pula, "Alles ok, kein Problem, tidak apa-apa, tidak soal.Â
Tapi saya amati setelah saya berjalan lalu, ia mengikuti saya dengan pandangannya. Setelah setengah jam saya berada di rumah sebelahnya, saya kembali dan menemui dia di situ, pada tempat yang sama.
Ia menyapa saya dengan ucapan selamat siang. Lalu ia menjelaskan mengapa ia tidak suka membaca. Katanya, "Kamu tahu bahwa di halaman pertama setiap koran selalu dimuat tentang persoalan yang paling aktual.Â
Persoalan-persoalan itu sudah terlalu banyak buat saya. Kepala saya sudah tidak sanggup lagi. Terlalu banyak, saya hanya ingin ketenangan, damai dan sendiri."
Setelah jeda sedikit, saya beri respon, "Wow Sie haben Recht atau wow kamu benar sekali. Saat ia mendengar kata-kata saya, ia seperti memperoleh pengakuan.Â
Ia kembali menjelaskan lebih lanjut, katanya dalam bahasa Jerman yang panjang sekali, tapi pada intinya, dia mengatakan bahwa di rumah jompo itulah dia menemukan kebahagiaan. Sudah 20 tahun hidup di rumah jompo.
Katanya, "Di sini kurang apa? Saya punya kamar dan teman-teman sekitar saya. Ada taman yang indah, ada makan yang selalu ada dan tepat pada waktunya.Â
"Jika saya ingin berjalan keluar rumah sebentar, saya tinggal beritahu petugas saja, kapan saya pergi dan kapan saya pulang. Semua sudah ada dan semua itu sudah cukup untuk hidup saya."
Kemudian saya bertanya apakah dia punya keluarga. Ia menjawab sambil geleng-geleng kepala, "Nee, ich bin ganz allein, tidak, saya sungguh sendirian saja.
Ternyata dia tidak punya istri. Ia pernah punya rumah tapi semua sudah dijualnya dan ketika ia sakit, ia memutuskan untuk menjual rumahnya dan uang dari penjualan rumah itu untuk biaya hidupnya selama di rumah jompo.
Tak terasa kami bisa saling mengobrol lama. Satu hal yang tidak saya duga ia mengatakan sesuatu yang bisa jadi itu menjadi motto hidupnya.Â
Tiba-tiba dia mengatakan, "saya tidak tahu, sampai kapan saya hidup. Satu hal yang pasti bahwa saya punya masa lalu dan semua yang pernah saya punya itu sudah berlalu. Vorbei ist vorbei-yang berlalu itu sudah berlalu.