Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ini Kisah dan Cara Saya Membangun Komunikasi dengan "Orang Sulit"

24 Januari 2023   16:55 Diperbarui: 24 Januari 2023   17:26 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini kisah dan cara saya membangun komuniksi dengan "orang sulit" | Ilustrasi gambar diambil dari id.wikihow.com

Soalnya di tangan saya ada beberapa eksemplar koran "Glauben und Leben". Dengan cepatnya, ia mengatakan, "Ich habe keine Interesse" Saya tidak tertarik. Saya menjawab dengan cepat pula, "Alles ok, kein Problem, tidak apa-apa, tidak soal. 

Tapi saya amati setelah saya berjalan lalu, ia mengikuti saya dengan pandangannya. Setelah setengah jam saya berada di rumah sebelahnya, saya kembali dan menemui dia di situ, pada tempat yang sama.

Ia menyapa saya dengan ucapan selamat siang. Lalu ia menjelaskan mengapa ia tidak suka membaca. Katanya, "Kamu tahu bahwa di halaman pertama setiap koran selalu dimuat tentang persoalan yang paling aktual. 

Persoalan-persoalan itu sudah terlalu banyak buat saya. Kepala saya sudah tidak sanggup lagi. Terlalu banyak, saya hanya ingin ketenangan, damai dan sendiri."

Setelah jeda sedikit, saya beri respon, "Wow Sie haben Recht atau wow kamu benar sekali. Saat ia mendengar kata-kata saya, ia seperti memperoleh pengakuan. 

Ia kembali menjelaskan lebih lanjut, katanya dalam bahasa Jerman yang panjang sekali, tapi pada intinya, dia mengatakan bahwa di rumah jompo itulah dia menemukan kebahagiaan. Sudah 20 tahun hidup di rumah jompo.

Katanya, "Di sini kurang apa? Saya punya kamar dan teman-teman sekitar saya. Ada taman yang indah, ada makan yang selalu ada dan tepat pada waktunya. 

"Jika saya ingin berjalan keluar rumah sebentar, saya tinggal beritahu petugas saja, kapan saya pergi dan kapan saya pulang. Semua sudah ada dan semua itu sudah cukup untuk hidup saya."

Kemudian saya bertanya apakah dia punya keluarga. Ia menjawab sambil geleng-geleng kepala, "Nee, ich bin ganz allein, tidak, saya sungguh sendirian saja.

Ternyata dia tidak punya istri. Ia pernah punya rumah tapi semua sudah dijualnya dan ketika ia sakit, ia memutuskan untuk menjual rumahnya dan uang dari penjualan rumah itu untuk biaya hidupnya selama di rumah jompo.

Tak terasa kami bisa saling mengobrol lama. Satu hal yang tidak saya duga ia mengatakan sesuatu yang bisa jadi itu menjadi motto hidupnya. 

Tiba-tiba dia mengatakan, "saya tidak tahu, sampai kapan saya hidup. Satu hal yang pasti bahwa saya punya masa lalu dan semua yang pernah saya punya itu sudah berlalu. Vorbei ist vorbei-yang berlalu itu sudah berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun