Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

5 Konsep Rumah Adat, Alternatif Rumah Tahan Panas dan Tantangan Arsitek Indonesia

23 Januari 2023   12:31 Diperbarui: 26 Januari 2023   17:52 2585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Konsep atap rumah

Atap rumah adat di Flores umumnya tidak menggunakan bahan seng, tetapi bahan-bahan dari alam seperti alang-alang, ijuk dan mungkin juga daun kelapa.

Kenyataannya daun kelapa jarang dipakai, tetapi paling umum adalah perpaduan ijuk dan alang-alang. Lapisan pertama itu ijuk dan lapisan kedua adalah alang-alang.

Sistem atap seperti itu tidak akan pernah membuat orang kepanasan, meski suhu udara meningkat hingga lebih dari 40 derajat Celcius.

Kendala yang terlihat sebenarnya cuma berurusan dengan segi keterampilan atau seni dalam membangun atap rumah. Saya membayangkan jika saja konsep itu bisa dipadukan dengan keterampilan para seniman dari daerah lainnya, maka hasilnya akan jauh lebih maksimal, rapi dan menarik.

Pada prinsipnya, atap dengan lapisan material seperti ijuk dan alang-alang itu paling ngetop menjadikan rumah itu sejuk dan gak panas.

4. Konsep dinding dan lantai

Rumah adat seperti yang dimiliki suku Paumere punya konsep dinding yang unik dan lantai yang semuanya terbuat dari kayu. Susunan potongan kayu dengan posisi setengah terbuka itu menjadikan rumah itu sangat terbuka pada sirkulasi udara bebas.

Sedangkan pada bagian lainnya dinding itu dilapisi oleh satu jenis material dari hasil uji coba para leluhur sejak dulu kala dalam alur konteks perang suku.

Sejarah meninggalkan cerita kepada warga suku bahwa pada suatu masa orang-orang kampung menggunakan kulit pohon sukun sebagai lapisan tameng yang anti peluru.

Ya, kulit pohon sukun itu dikuliti dengan baik lalu dijemur sampai benar-benar menjadi kering. Dalam keadaan yang sungguh kering, kata orang-orangtua itu bahwa peluru pun tidak akan tembus.

Di zaman perang suku, pondok-pondok dan rumah panggung masyarakat adat selalu dibuat dengan lapisan dinding kulit pohon sukun, karena untuk melindungi dari serangan tiba-tiba dengan menggunakan senjata seperti sumpit, tombak dan lain sebagainya. Dan material itu benar-benar terbukti sangat kuat dan keras.

Tidak hanya soal itu daya tahannya terhadap bahaya senjata tajam, tetapi soal fungsi meredam panas itu tetap menjadi alasan yang dipilih  sebagai bahan dasar dinding yang kokoh pada rumah adat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun