Aneh kan, Jokowi bisa mengampuni, lalu Netizen merasa lebih kecewa, marah, apakah netizen lebih Jokowi? Kan jadinya aneh.Â
Netizen rasa presiden atau memang tanpa disadari netizen sedang menggunakan persoalan ini untuk bisnis like dan subscribenya.Â
Nah, jika ke arah pencapaian itu, maka netizen kita perlu dikritik, sudahlah jangan menambah riuh suasana sebelum pilpres 2024. Saya lebih setuju dengan jawaban Gibran, "kita ini kaya orang kurang kerjaan."
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pencerahan supaya permohonan maaf Cak Nun diterima dengan tulus, tanpa mengungkit masa lalu.
2. Netizen Indonesia lebih gerah pada tokoh yang sebenarnya lebih berpihak pada Jokowi lalu berbalik arah
Pada dinding sosial media tampak masih saja marah, datang dari berbagai arah menyerang Cak Nun sejak awal awal Cak Nun mengatakan hal yang tidak pantas itu hingga saat ini.
Terasa sekali Cak Nun sekarang seperti dihakimi di bumi, ya seperti sudah diseret ke neraka. Kekhilafan itu bisa saja dilakukan oleh siapa saja. Kita hidup dalam satu ruang potensi untuk menjadi salah dan diperbaiki.
Semua orang bisa saja menjadi salah dalam tutur dan tindak tanduknya. Bayangkan apa jadinya bangsa ini kalau tidak ada pengampunan dan maaf diantara kita?Â
Negeri ini hanya ribut setiap harinya, jika tanpa ada orang yang mau menerima kembali permohonan maaf orang yang bersalah. Sebijaksana apapun manusia ini, pasti ada titik lemahnya (Wunder Punkt)
Apakah kita tahu bahwa penghakiman yang paling dekat dan kejam itu terjadi di dalam diri kita sendiri, melalui suara hati kita? Saya percaya bahwa Cak Nun hari-hari ini menderita karena pergulatan batinnya sendiri.Â
Ada saling tuduh antara kepala, bibir dan hati di dalam diri Cak Nun. Dan hal seperti itu jangan pikir gampangan lho. Kontradiksi di dalam diri sendiri, ibarat suatu momen perang batin.Â
Mungkin saatnya kita perlu belajar menjadi lebih tenang seperti bapak Presiden kita sendiri. Dia benar-benar Bapak yang mengasihi dan memancarkan kedamaian kepada semua anak bangsa ini, baik yang matang emosinya, maupun yang masih labil sekalipun sudah beruban dan budayawan seperti Cak Nun.Â
Kalau Jokowi tidak mengecam Cak Nun, mengapa kita punya alasan lebih gerah untuk mengecam Cak Nun?Â