Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Apakah Keberkahan Natal Ditandai dengan Hujan?

25 Desember 2022   15:45 Diperbarui: 26 Desember 2022   13:11 1810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan merasa mudah menulis tentang ajaran agama lain, apalagi kalau terjebak ke dalam pandangan yang keliru. Jauh lebih baik adalah membuat riset kecil terkait tema dan referensi yang benar, bahkan bila perlu konfirmasi dengan tokoh yang benar-benar tahu. | Ino Sigaze.

Hari ini tepat jam 7 pagi terbangun dari tidur. Waduh telat banget bangun pagi ini. Ya begitulah musim dingin di Jerman, menjelang pagi terasa semakin enak tidur. 

Biasanya setelah bangun tidur, saya membaca beberapa artikel Kompasiana. Hari ini saya senang sekali membaca satu artikel yang menjadi terpopuler di kategori Humaniora. 

Artikel itu berbicara tentang Natal dan hujan. Ternyata sorotan tema itu sangat menarik, apakah ada hubungannya Natal dengan hujan. Artikel itu dibaca sampai 1085 pada 09. 26 waktu Jerman.

Penulis mengatakan bahwa hujan itu menjadi tanda dari keberkahan. Sebaliknya jika tidak ada hujan pada saat Natal, maka umat Kristiani akan menimbulkan teka-teki dan misteri mengenai hal yang keliru dan perlu diperbaiki. 

Satu lagi pernyataan yang mengejutkan saya adalah katanya, " agama Kristen meyakini bahwa hujan adalah hari kelahiran Yesus Kristus." 

Tulisan dan pernyataan itu memang mengejutkan sekali karena beberapa alasan: 

1. Tidak ada keyakinan agama Kristen tentang hujan itu adalah hari kelahiran Yesus Kristus. Yang ada bahwa pada hari Natal kadang turun hujan. Tapi, tidak semua daerah punya curah hujan yang sama. Hujan tidak termasuk dalam kepercayaan agama Kristen yang bersentuhan dengan Natal. 

2. Hujan sebagai tanda keberkahan Natal itu juga bukan keyakinan agama, tetapi bisa jadi atau sangat mungkin keyakinan budaya orang tertentu di daerah tertentu. 

3. Hal yang perlu diketahui dari siklus musim di Indonesia adalah bahwa negeri kita hanya dikenal di Eropa misalnya dengan dua musim, yakni musim kering (Trockenheit) dan musim hujan (Regenzeit). 

Siklus musim hujan itu berlangsung selama enam bulan setiap satu musim itu berlangsung. Hal yang pasti adalah bahwa bulan Desember itu termasuk dalam hitungan musim hujan. 

Kalau bulan Desember itu musim hujan, ya pantas hujan dan bukan sebagai tanda keberkahan Natal. Hujan itu bagian dari fenomena alam yang jika terjadi tidak lagi bisa pandang bulu, untuk siapa dan dia agama apa, tetapi untuk semua orang, untuk semua makhluk di bumi ini. 

4. Kata hujan dalam Alkitab disebut 457 kali, tetapi yang bersentuhan langsung dengan menyembah Raja cuma dari Kitab Zakharia. Kemungkinan lain adalah bahwa penulis mengambil referensi dari Kitab Suci dari Kitab Zakharia 14: 17 "Tetapi bila mereka dari kaum-kaum di bumi tidak datang ke Yerusalem untuk sujud menyembah kepada Raja, TUHAN semesta alam, maka kepada mereka tidak akan turun HUJAN."

Kutipan ayat itu konteksnya bukan Natal, tetapi perayaan pondok daun atau yang disebut Sukkot dalam bahasa Ibrani. Hari Raya Pondok Daun adalah sebuah hari raya Yahudi yang dirayakan untuk mengucapkan syukur  atas hasil panen yang dirayakan selama tujuh hari. Jadi, jelas tidak ada hubungannya dengan Natal.

Pergi ke Yerusalem tidak bisa menjadi "keharusan" yang pahit, tetapi kebutuhan yang menyenangkan dan bahagia untuk mempersembahkan kurban pujian dan ucapan syukur mereka kepada Tuhan. Hal itu telah menjadi keyakinan agama Yahudi.

Tulisan ini tidak bermaksud apa-apa selain untuk memberikan pencerahan kepada pembaca yang sudah membaca artikel lainnya yang mengatakan hujan itu ada hubungannya dengan Natal.

Berangkat dari pengalaman ini, ditemukan beberapa cara praktis yang penting diperhatikan oleh penulis ketika menulis tentang ajaran iman suatu agama. Beberapa hal itu antara lain:

1.  Siapa saja yang menulis sesuatu apalagi yang berkaitan dengan ajaran agama tertentu, harus benar-benar dengan menggunakan referensi yang dijamin kebenarannya. 

2. Penulis perlu dengan hati-hati membuat pernyataan tertulis karena, apa yang tertulis akan dibaca oleh yang lainnya. Nah, kalau isi tulisan itu tidak memuat unsur kebenarannya, maka bisa jadi tulisan itu akan punya potensi mewariskan pandangan yang salah, yang bisa juga menjebak yang lainnya untuk jatuh pada kesalahan yang sama: Salah paham.

3. Supaya penulis itu tidak jatuh kepada subjektivitas pandangan yang bertentangan dengan ajaran agama tertentu, penulis harus tahu prinsip umumnya, seperti orang bisa menulis tentang spiritualitas universal yang diterima oleh semua agama. Contohnya, tentang silaturahmi, persaudaraan dan lain sebagainya.

4. Penulis perlu membuat konfirmasi lebih dahulu dengan orang-orang terkait yang tahu benar tentang topik yang mau ditulis, sebelum tulisan itu dipublikasikan.

5. Tunjukan referensinya secara jelas, jika memang itu ada. Dan tidak boleh berdasarkan apa kata orang.

Demikian beberapa catatan kecil yang mungkin baik untuk diperhatikan supaya tulisan kita tidak menjebak diri sendiri ke dalam kesalahpahaman yang tidak perlu, apalagi menyesatkan orang lain yang membacanya.

Salam berbagi, ino, 25.12.2025.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun