Persiapan hati untuk merayakan Natal tahun ini tentu saja tidak dapat dipisahkan dari konteks pemahaman iman itu sendiri dan konteks pemahaman kita tentang dunia saat ini.
Natal sebagai momen lahirnya Yesus Kristus sang Juru Selamat itu harus direnungkan kembali dari tahun ke tahun. Dia yang mulia datang ke dunia untuk mengangkat kefanaan kita sebagai manusia.
Merayakan Natal dengan kesadaran seperti itu sungguh akan mendatang rasa syukur kepada Tuhan. Hal ini karena Tuhan punya rencana untuk keselamatan kita melalui Yesus Kristus.Â
Persiapan hati yang terkait dengan pemahaman ini tentu saja berkaitan dengan gagasan siapa itu sesama kita. Ya, sang Immanuel atau "Allah yang bersama kita" (Gott mit uns) datang ke dunia untuk semua orang, maka sebenarnya kita semua di hadapan-Nya sama.
Oleh karena itu, kesadaran yang penting saat ini tentu saja bahwa kita adalah sesama manusia yang masih terus berjuang menuju keselamatan itu, meski Allah punya cara sendiri untuk menyelamatkan kita.
Konsep tentang persamaan derajat kita manusia itu penting, supaya buah dari Natal itu menjadikan kita semakin mampu menghargai orang lain, mampu semakin mencintai, mengasihi, dan mengampuni orang lain.
Di tempat saya di Frankfurt Jerman, tahun ini saya mengajak orang-orang Indonesia untuk merenungkan Natal sebagai saat untuk merajut kembali persaudaraan.
Persaudaraan kita dengan semua orang terasa sejak serangan covid-19 benar-benar berada pada retakan yang lebar dan bahkan sudah mencapai titik renggang yang dahsyat.
Oleh karena itu, Natal bisa menjadi kesempatan untuk silaturahmi dan sekaligus memperkokoh kembali persaudaraan kita bersama. Praktisnya, kami sudah mengundang semua organisasi masyarakat yang ada di Frankfurt dan sekitarnya dan tokoh-tokoh agama lainnya.
2. Persiapan fisik lainnya
Persiapan fisik tentu tidak boleh dianggap nomor dua, tapi semuanya pasti sama pentingnya. Natal sudah diambang pintu, persiapan fisik apa saja yang sudah dilakukan?