Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Qatar Menjadi Liberal di Tengah Krisis Eropa, Ada Apa?

30 November 2022   21:27 Diperbarui: 30 November 2022   21:39 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Qatar menjadi liberal di tengah krisis Eropa, ada apa? | Dokumen diambil dari insidehighered.com

Qatar menjadi liberal di tengah krisis Eropa, ada apa? Gasdeal adalah salah satu contohnya, selain itu bahwa Qatar punya kontrak jangka pendek dan jangka panjang dengan Jerman dan China terkait gas cair.


Mungkinkah menjadi liberal itu adalah kata kunci untuk kemajuan Qatar?

Dunia mungkin terheran-heran bahwa Qatar akhir-akhir ini melakukan reformasi besar-besaran dalam banyak bidang, hingga sampai pada kenyataan yang bisa dinamakan era baru Qatar memasuki negara liberal.

Liberalisme Qatar mungkin bisa menjadi satu tema yang bisa dibahas sendiri lagi, namun kali ini saya hanya menyoroti bagaimana hubungan antara Qatar, Jerman dan perusahan Amerika Serikat.

Kerjasama tetap dibangun meski berbeda gagasan antara Qatar dan Jerman

Terdengar sedikit aneh, mengapa ketiganya akhirnya bisa punya kata sepakat. Ada apa ya? Belum lama ini ada polemik terkait sepak bola dunia 2022 dan isu-isu gender yang tampaknya ada perbedaan aksen kepentingan informasi antara Qatar dan Jerman.

Namun, kemarin rilisan berita ntv di Jerman sudah tampak berubah. Ya, namanya juga satu persoalan tidak bisa menjadi rujukan untuk pembatasan hubungan dalam bidang kerjasama lainnya.

Mungkin itulah bukti dari percikan perubahan Qatar dalam istilah besarnya liberalisme konsep berpikir mereka sekarang. Hidup dan konsep politik mereka tidak lagi menjadi begitu kaku terfokus hanya pada satu bidang, tetapi lebih kepada kemungkinan-kemungkinan lain yang jauh lebih penting untuk kesejahteraan dunia dan manusia.

Qatar, Jerman dan Amerika Serikat tentu saja tahu apa artinya krisis energi saat ini. Krisis energi sebagai bagian tak terpisahkan dari dampak agresi militer Rusia terhadap Ukraina itu terus saja menjadi bahan pembicaraan dunia.

Tentu saja Qatar adalah satu negara Arab yang mungkin paling sedikit terdepak oleh krisis energi saat ini. Menariknya bahwa sekalipun Qatar bebas dari lilitan krisis energi seperti gas saat ini, namun Qatar tetap terbuka untuk membangun kerjasama dengan Jerman dan Amerika Serikat.

Kontrak kerjasama pasokan gas cair

Negara-negara lain, mungkin bertanya, mengapa Qatar membuka kemungkinan itu? Menjadi liberal di tengah krisis ini bisa saja dari sudut pandang tertentu adalah kekonyolan. Tapi juga, bisa saja salah.

Buktinya bahwa Saad Sherida al-Kaabi, Menteri Energi Qatar telah menandatangani kontrak kerjasama untuk memasok gas cair ke Jerman. Sekalipun gas cair itu harus dijual ke perusahaan Amerika Serikat Conoco Philips, yang pada akhirnya mengirim gas cair itu ke Brunsbüttel. (bdk. ntv, Selasa, 29.11.2022).

Jerman yang sebenarnya sedang kebingungan saat ini, terasa menghirup angin segar karena kemurahan hati pihak Qatar dalam proyek pengiriman gas cair selama 15 tahun sejak 2026 nanti. 

Kemesraan baru antara Qatar dan Jerman

Negara-negara lain yang mendengar berita kemesraan baru antara Jerman dan Qatar ini bisa saja menjadi kesal, apalagi kalau al-Kaabi denga tegas mengatakan, "Wir haben gute Beziehungen zu deutschen Unternehmen und zur deutschen Regierung atau kami memiliki hubungan baik dengan perusahaan Jerman dan dengan pemerintahan Jerman."

Pihak Qatar bahkan dengan terang mengarakan ketersediaan ladang gas mereka untuk mensupport Jerman. Ada 2 ladang gas Qatar, yakni di wilayah timur dan selatan di lepas pantai negara Teluk itu.

Sementara itu konfirmasi pihak pemerintahan Jerman beberapa waktu lalu terus memberikan harapan bahwa rencana itu akan terus menemukan titik solusi konkritnya. Olaf Scholz, Kanselir Jerman itu yakin bahwa pembelian gas cair dari Qatar itu akan tetap dilanjutkan.

Besar harapan Jerman bahwa pihaknya akan terus mencoba untuk mengkompensasi sanksi pengiriman gas dari Rusia itu dengan pengiriman "der Kauf von verflüssigtem Erdgas" (LNG) atau gas alam cair yang saat ini sedang dibangun di Laut Utara dan Laut Baltik.

Qatar, penghasil dan pengekspor gas cair terbesar di dunia

Perlu diketahui bahwa Qatar adalah penghasil dan pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di dunia. Sementara itu Emirat menjadi begitu kaya karena cadangan gas terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan Iran.

Qatar memang sangat baik budinya. Coba bayangkan Qatar bisa berbagi ladang gas dengan Iran di lepas pantai negara mereka. Tidak hanya itu sebagian besar gas mereka diekspor ke Asia terutama ke Jepang, India dan Korea Selatan.

Dari kenyataan ini, sudah bisa dibayangkan apa yang akan terjadi,  jika pihak Qatar melakukan sanksi ekonomi, maka negara-negara di Eropa dan Asia akan sungguh memasuki ruang krisis yang tidak ada harapannya.

Kontrak jangka panjang Qatar dengan China

Dibalik perjanjian kerjasama pasokan gas cair dari Qatar ke Jerman dengan jangka pendek, ada pula perjanjian jangka panjang antara Qatar dan Cina.

Berita ntv merilis sebanyak 108 juta ton gas alam cair (LNG) yang akan dipasok ke grup China Sinopec selama 27 tahun. Al-Kaabi bahkan mengatakan kontrak itu adalah yang terpanjang dalam sejarah industri LNG.

Sampai dengan saat ini, sebenarnya negara-negara Eropa sedang merayu-rayu Qatar karena keterbatasan energi mereka. Ya, untuk sementara negara-negara Eropa masih sangat bergantung pada Amerika Serikat karena masih membeli LNG AS melalui Belanda, Belgia, dan Prancis.

Catatan kritis

Harus diakui bahwa semua Eropa dan dunia bisa saja sedang memandang Qatar dan mengaguminya sambil berharap, "Ayo kita kerja sama yuk." Ya, membangun kerja sama dengan sistem kontrak bisnis yang jelas sepertinya adalah cara terbaik di tengah krisis saat ini.

Mungkin negara-negara Eropa akan sangat berterima kasih kepada pihak pemerintahan Qatar karena mereka membuka kemungkinan kerjasama itu. 

Sebaliknya jika pihak Qatar belum tampak liberal dalam konsep bisnis gas mereka, maka nasib Eropa akan menjadi sungguh terdepak krisis yang panjang.

Nah, bagaimana kabar persediaan gas Indonesia? Catatan media Eropa tidak merilis bahwa Indonesia membangun kerjasama dengan Qatar untuk mendapat pasokan gas cair, itu artinya Indonesia masih punya cukup persediaan untuk kebutuhan negaranya.

Salam berbagi, ino, 30.11.2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun