Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Signal Politik Perjanjian Pembatasan Senjata Nuklir antara Rusia dan Amerika Serikat

30 November 2022   05:28 Diperbarui: 30 November 2022   08:00 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perang nuklir.| Getty Images/Mark Stevenson via Kompas.com

Signal politik di tengah krisis perang Rusia-Ukraina terkadang sangat tidak stabil, terkadang suram, redup, dan terkadang pula tampak seram, karena menimbulkan tensi politik naik drastis| Ino Sigaze

Tema tentang senjata nuklir merupakan tema yang paling mendebarkan jantung jagat dunia ini. Nuklir bukan saja dibicarakan sejak meletusnya agresi militer Rusia pada 24 Februari ke Ukraina, tetapi sudah menjadi tema sejak akhir dari perang dunia kedua.

Tema yang sama berkali-kali dibicarakan sampai pada prediksi dan kecemasan Eropa terkait batas kesabaran Putin dalam konteks agresi militer mereka ke Ukraina.

Dunia tahu bahwa Rusia punya kekuatan nuklir yang sangat besar. Jika saja mereka mau, maka tentu saja dalam sekejap Ukraina pasti bisa dikalahkan dengan mudah. 

Akan tetapi ketika orang berbicara tentang nuklir, maka sama dengan orang berbicara tentang kekejaman penggunaan senjata yang terlarang itu. Oleh karena itu, ada jenis perjanjian perlucutan senjata nuklir yang sudah dimulai sejak tahun 1991. 

Perjanjian pembatasan senjata nuklir

Perjanjian perlucutan senjata ini pada awalnya ditandatangani oleh Presiden Amerika Serikat, George Bush dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev.

Selanjutnya perjanjian yang sama diperbaharui lagi pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama dan Dmitry Medvedev, yang mereka namakan sebagai "Awal Baru" pada tahun 2010. 

Keputusan yang terikat dari pembaharuan perjanjian itu adalah bahwa perjanjian pembatasan nuklir itu diperpanjang selama lima tahun. 

Akan tetapi, dalam kenyataannya kedua negara pemilik perjanjian itu saling kontrol terkait persenjataan nuklir sejak pecahnya agresi militer Rusia ke Ukraina.

Signal politik perjanjian pembatasan senjata nuklir antara Rusia dan AS | Dokumen diambil dari Gatra.com
Signal politik perjanjian pembatasan senjata nuklir antara Rusia dan AS | Dokumen diambil dari Gatra.com

Sanksi ekonomi dan pembatasan inspeksi ke AS dan Eropa

Keadaan terakhir ternyata pihak Rusia mengeluh bahwa oleh karena sejumlah sanksi terkait perang mereka terhadap Ukraina, mereka tidak bisa lagi melakukan perjalanan inspeksi ke Amerika Serikat. Bahkan Rusia sendiri telah membatalkan inspeksi pihak barat.

Oleh karena itu, ada inisiatif bahwa akan ada pembicaraan lagi terkait perjanjian pembatasan senjata nuklir yang akan dilakukan di Kairo. 

Sergei Ryabkov, wakil Menteri Luar Negeri Rusia pada hari Selasa, 29 November 2022 menyalahkan pihak Amerika Serikat terkait pembatalan atas rencana pembicaraan kembali itu.

Signal politik

Berita media online PCL pada hari ini merilis berita terkait pembatalan dengan menamakan pembatasan itu sebagai "sinyal politik" (politisches Signal).

Ya, apa artinya klaim "signal politik" itu sendiri? Apakah pembatalan pembicaraan kembali tentang perjanjian pembatasan senjata nuklir menjadi signal tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir dari kedua negara besar itu?

Meskipun demikian, tampak ada inisiatif yang sangat positif dari pihak Rusia. Pihak Rusia dalam waktu dekat ini akan mengajukan tanggal ke Moskow, sayangnya bahwa kemungkinan pelaksanaanya pasti tahun depan nanti.

Latihan militer AS, skenario hadapi ancaman regional

Sementara itu, diketahui bahwa Amerika Serikat sedang melakukan serangkaian latihan bersama dengan sekutu-kutunya. Dikabarkan bahwa jet tempur dan pesawat tanker dari Israel dan Amerika Serikat (AS) akan menunjukkan simulasi rangkaian skenario dalam menghadapi ancaman regional.

Laporan media "Die Jerusalem Post" sendiri mengakui bahwa latihan bersama itu merupakan latihan bersama terbesar antara Israel dan Amerika Serikat dalam beberapa tahun ini.

Dalam latihan itu, bahkan dipersiapkan juga soal kepentingan penerbangan jarak jauh, terkait eskalasi yang bisa saja terjadi nantinya. Aviv Kochavi, Kepala Staf Israel dalam kunjungannya minggu lalu ke Washington menegaskan bahwa latihan bersama itu akan "diperluas secara signifikan."

Program nuklir sipil Iran

Ada satu klaim yang yang muncul di kalangan militer AS saat ini yakni bahwa mereka mencurigai Iran. Ada kemungkinan bahwa Iran diam-diam mengerjakan bom atom dengan kedok program nuklir sipil.

Sebagai akibatnya, politisi Israel telah beberapa kali mengancam secara tidak langsung dengan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran dan mendesak supaya perlu adanya pembicaraan kembali terkait perjanjian pembatasan nuklir itu, sebagai perjanjian nuklir internasional.

Sayangnya, negosiasi Iran dengan beberapa negara lain seperti Prancis, Jerman, China, Inggris, Rusia dan AS belum bisa dilaksanakan sampai dengan saat ini. 

Pertanyaan kritis

Nah, apa yang akan terjadi jika krisis global ini terus terjadi, dan perjanjian pembatasan nuklir itu tidak bisa diperbaharui sebagai awal baru nanti?

Ya, tentu saja, hal itu tidak akan menunjukkan indikasi tensi politik internasional yang baik. Isu nuklir saat ini sudah menjadi konsumsi publik yang tidak hanya mulai dibicarakan di Rusia dan Ukraina, tetapi cukup merata di seluruh dunia. 

Dunia seakan-akan menjadi lebih yakin bahwa negaranya akan disegani negara lain, kalau saja negaranya bisa memproduksi senjata nuklir.

Bagaimana dengan kesiapan Indonesia untuk menghadapi kenyataan dan perkembangan nuklir negara-negara lain? Mungkinkah Indonesia sebagai negara Tuan Rumah G20 yang pernah mempertemukan pemimpin-pemimpin besar dunia itu menjadi penengah untuk membicarakan lagi perjanjian pembatasan nuklir itu?

Salam berbagi, ino, 30.11.2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun