Dalam latihan itu, bahkan dipersiapkan juga soal kepentingan penerbangan jarak jauh, terkait eskalasi yang bisa saja terjadi nantinya. Aviv Kochavi, Kepala Staf Israel dalam kunjungannya minggu lalu ke Washington menegaskan bahwa latihan bersama itu akan "diperluas secara signifikan."
Program nuklir sipil Iran
Ada satu klaim yang yang muncul di kalangan militer AS saat ini yakni bahwa mereka mencurigai Iran. Ada kemungkinan bahwa Iran diam-diam mengerjakan bom atom dengan kedok program nuklir sipil.
Sebagai akibatnya, politisi Israel telah beberapa kali mengancam secara tidak langsung dengan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran dan mendesak supaya perlu adanya pembicaraan kembali terkait perjanjian pembatasan nuklir itu, sebagai perjanjian nuklir internasional.
Sayangnya, negosiasi Iran dengan beberapa negara lain seperti Prancis, Jerman, China, Inggris, Rusia dan AS belum bisa dilaksanakan sampai dengan saat ini.Â
Pertanyaan kritis
Nah, apa yang akan terjadi jika krisis global ini terus terjadi, dan perjanjian pembatasan nuklir itu tidak bisa diperbaharui sebagai awal baru nanti?
Ya, tentu saja, hal itu tidak akan menunjukkan indikasi tensi politik internasional yang baik. Isu nuklir saat ini sudah menjadi konsumsi publik yang tidak hanya mulai dibicarakan di Rusia dan Ukraina, tetapi cukup merata di seluruh dunia.Â
Dunia seakan-akan menjadi lebih yakin bahwa negaranya akan disegani negara lain, kalau saja negaranya bisa memproduksi senjata nuklir.
Bagaimana dengan kesiapan Indonesia untuk menghadapi kenyataan dan perkembangan nuklir negara-negara lain? Mungkinkah Indonesia sebagai negara Tuan Rumah G20 yang pernah mempertemukan pemimpin-pemimpin besar dunia itu menjadi penengah untuk membicarakan lagi perjanjian pembatasan nuklir itu?
Salam berbagi, ino, 30.11.2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H