2. Kreativitas mengisi waktu yang dihadiahkan Tuhan
Konsep 24 jam, sama dengan sebuah aksi protes bahwa tidak ada waktu yang diberikan Tuhan itu sebagai waktu sia-sia. Mungkin bagi ibu Asdah, waktu adalah segalanya yang membuat hidup secara layak di tengah krisis.
Waktu itu selalu ada buat dia untuk melakukan sesuatu yang baik, bukan cuma untuk dirinya saja, tapi untuk orang yang membutuhkan bantuan dan pelayanannya.
Wajah krisis saat ini mungkin sudah samar-samar, karena itu tepat sekali Kompasiana menyoroti tema seperti warung kelontong, yang saya percaya bisa menjadi pilihan UMKM masyarakat biasa untuk bertarung hidup sampai sekarang.
3. Pilihan pekerjaan dan kreativitas
Kekaguman saya pada ibu Asdah itu tentu saja terkait dengan pilihan cerdasnya. Ia memilih pekerjaan yang memang cocok pada masanya. Bagaimana tidak?
Ia hidup dekat komplek sekolah. Ia tahu daya beli anak-anak sekolah, jadi harga bubur kacang tidak perlu mahal-mahal. Yang penting bahwa semakin banyak orang datang makan.
Dalam kesederhanaan logika ibu Asdah, sebenarnya ada hal yang besar sekali. Bukan mahalnya suatu jenis makanan, tapi kualitas dan pertimbangan jangkauan daya beli masyarakat.
Ya, ibu kreatif yang bisa hidup di sudut kota melalui kreativitas yang sederhana, tapi saat ini menjadi pilihan banyak orang. Mungkin cara kerja dan prinsipnya bisa menginspirasi orang.
Salam berbagi, ino, 26.11.2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H