Cerita dan refleksi singkat dalam setiap perjumpaan pribadi dengan orang lain di berbagai tempat dan negara itu memberikan  saya gagasan tentang beberapa hal ini:
Ada saatnya dalam hidup ini, dimana bantuan fisik terasa sudah tidak berdaya, pada saat-saat ketika orang tidak sanggup bicara, mungkin perlu "memberikannya cinta dengan tatapan."
Kronologi tentang perjumpaan saat ini akhirnya membawa saya pulang kembali ke pangkuan sang ibu. Bukan cuma dengan asi, ia memberiku cinta, tapi juga dengan tatapan setiap hari.Â
-
Sebuah tatapan cinta yang mengubah raga hingga merasakan kehangatan kasih sang ibu. Sebuah tatapan yang menggerakan bibirku untuk tersenyum, sebuah tatapan yang mengajak aku juga memberi cinta pada ibu dengan tatapan dan senyum bisu. Sebuah tatapan yang melahirkan kata-kata hingga gelak tawa sukacita bersama sang ibu. Tersisa pertanyaan: Seberapa sering kita menatap wajah ibu kita untuk memberikannya cinta dengan tatapan?
Memberikannya cinta dengan tatapan adalah metode pendidikan yang sering dilupakan banyak orang. Dalam perspektif dari sang guru, di sana ada tatapan cinta yang menegur, tapi juga ada tatapan yang merampas kebebasan anak-anak murid dan tentu saja ada tatapan yang memberikan semangat dan motivasi untuk terus maju. Selamat hari Guru.
Salam berbagi, ino, 25.11.2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H