1. Kesadaran pertama yang penting adalah bahwa memberi tahu secara personal jauh lebih terhormat daripada dalam tulisan yang dibaca publik
Apapun sifat dan tujuan sebuah kupasan yang menyebut nama dan institusi tertentu, pasti menimbulkan rasa tidak enak. Apakah mengupas kekurangan orang dalam tulisan di media sosial itu adalah solusi satu-satunya?
Kayaknya gak juga kan. Kita punya banyak solusi dan model pendekatan yang mungkin jauh lebih familiar dan dapat diterima daripada kupasan di media yang terlihat beda-beda tipis dengan nyinyir.
Nah, ada beberapa metode tua yang juga sudah dikenal banyak orang, misalnya metode empat mata dan sharing Emaus (Emaus Austausch).Â
Saya melihat metode berbicara empat mata itu adalah metode terbaik supaya orang bisa berbicara dari hati ke hati.
Metode empat mata dan Emaus Austausch itu akan membentuk kualitas dan intensitas, yang sangat mungkin bisa dicapai pada tingkat kedalaman pemahaman dan bukan kesalahpahaman (Missverständnis).
2. Ada saat di mana orang yang melakukan kesalahan tahu tentang kesalahannya, pentingkah pada saat itu harus dikatakan lagi?
Pada Senin, 21 November lalu, saya lupa mematikan lampu di salah satu ruangan di rumah kami. Keesokan harinya, seorang teman datang kepada saya memberi tahu bahwa kemarin saya lupa mematikan lampu pada suatu ruangan.
Saat ia memberitahu saya, rupanya saya kurang bisa menerimanya, soalnya masih ada banyak orang di situ dan kenapa dia tidak langsung mematikan lampu, kan sudah selesai persoalannya.
Oleh karena itu, ada rasa kesal dalam diri saya. Tapi, sudahlah namanya orangtua, mereka pasti senang mengoreksi dan menunjukkan kekurangan ini dan itu.