Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pentingkah Mengupas Kesalahan Orang Lain?

23 November 2022   17:05 Diperbarui: 24 November 2022   03:12 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengupas kesalahan (sumber gambar dari kompas.com)

1. Kesadaran pertama yang penting adalah bahwa memberi tahu secara personal jauh lebih terhormat daripada dalam tulisan yang dibaca publik

Apapun sifat dan tujuan sebuah kupasan yang menyebut nama dan institusi tertentu, pasti menimbulkan rasa tidak enak. Apakah mengupas kekurangan orang dalam tulisan di media sosial itu adalah solusi satu-satunya?

Kayaknya gak juga kan. Kita punya banyak solusi dan model pendekatan yang mungkin jauh lebih familiar dan dapat diterima daripada kupasan di media yang terlihat beda-beda tipis dengan nyinyir.

Ilustrasi tentang: Pentingkah mengupas kesalahan orang lain? | Dokumen pribadi oleh Ino
Ilustrasi tentang: Pentingkah mengupas kesalahan orang lain? | Dokumen pribadi oleh Ino

Nah, ada beberapa metode tua yang juga sudah dikenal banyak orang, misalnya metode empat mata dan sharing Emaus (Emaus Austausch). 

Saya melihat metode berbicara empat mata itu adalah metode terbaik supaya orang bisa berbicara dari hati ke hati.

Metode empat mata dan Emaus Austausch itu akan membentuk kualitas dan intensitas, yang sangat mungkin bisa dicapai pada tingkat kedalaman pemahaman dan bukan kesalahpahaman (Missverständnis).

2. Ada saat di mana orang yang melakukan kesalahan tahu tentang kesalahannya, pentingkah pada saat itu harus dikatakan lagi?

Pada Senin, 21 November lalu, saya lupa mematikan lampu di salah satu ruangan di rumah kami. Keesokan harinya, seorang teman datang kepada saya memberi tahu bahwa kemarin saya lupa mematikan lampu pada suatu ruangan.

Saat ia memberitahu saya, rupanya saya kurang bisa menerimanya, soalnya masih ada banyak orang di situ dan kenapa dia tidak langsung mematikan lampu, kan sudah selesai persoalannya.

Oleh karena itu, ada rasa kesal dalam diri saya. Tapi, sudahlah namanya orangtua, mereka pasti senang mengoreksi dan menunjukkan kekurangan ini dan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun