Sepak bola bisa menjadi ajang merajut persaudaraan, tetapi juga pada sisi yang lainnya ternyata ada komentar yang membongkar kembali sejarah | Ino Sigaze.
Beberapa hari ini saya coba mengikuti perkembangan terkait topik Bola Dunia Qatar 2022 yang telah ditayangkan pada 8 November lalu. Sebenarnya tidak ada dalam benak saya bahwa urusan bola itu ada hubungannya dengan politik.
Namun, kali ini rupanya sedikit berbeda, di sana ada nuansa baru yang dihidangkan, tidak hanya berhenti pada bola dunia Qatar 2022, tetapi juga erat pula dengan sikap dan penilaian Barat tentang tanah Jazirah.
Sudut pandang Barat tentang tanah Jazirah-Bola dunia Qatar 2022
Latar perbedaan sudut pandang antara Barat dan Qatar pada event bola dunia itulah, tampak presiden FIFA naik pitam. Gianni Infantino, pria kelahiran 23 Maret 1970 di Brig, Valais itu sempat mencuri perhatian publik Eropa, ketika ia mengkritik negara-negara Barat yang sedang mempertanyakan hak asasi manusia di Qatar menjelang Piala Dunia.
Bagi Infantino pertanyaan kritis apapun yang datang dari Barat terkait hak asasi manusia di Qatar adalah bentuk kemunafikan. Barat seharusnya mempertimbangkan masa lalu mereka sendiri sebelum mengkritik negeri Jazirah.
Eropa tentu saja punya masa lalu yang suram bahkan bisa dikatakan mengerikan (grausam) dan seram. Lebih-lebih ketika mata dunia menoleh ke lembaran sejarah dan membaca dengan keras, maka betapa malunya.Â
Tidak heran, kalau Infantino begitu tegas dan kritis menilai itu semua. Ya, jika Eropa menyadari tindakan mereka selama 3000 tahun terakhir, maka seharusnya Eropa meminta maaf 3000 tahun ke depannya sebelum mengajarkan orang lain tentang hak asasi manusia.
Presiden FIFA, anak dari pekerja tamu Italia itu telah menunjukkan sikap tegasnya terkait hubungan tematik antara bola dan hak asasi manusia yang perlu dipilah-pilah. Diferensiasi tema memang penting dilakukan agar fokus utama tidak menjadi samar-sama.
Kritik Presiden FIFA pada Barat
Di tengah gejolak bola dunia Qatar 2022, pria yang punya sejarah pernah berada di divisi ke 5 untuk FC Folgore yang kemudian menjadi FC Brig-Glis itu berani mengajukan pertanyaan, "Berapa banyak perusahaan Eropa atau asing yang menghasilkan jutaan, bahkan milyaran dari Qatar, telah berbicara kepada pihak berwenang tentang hak-hak pekerja migran?" Bdk. Laporan BBC sebagaimana dikutip oleh News 360, Sabtu, 19.11.2022.