Sekalipun demikian, tentu saja konfirmasi dari pihak pemerintahan Qatar perlu diperhatikan. Pada prinsipnya berapapun nyawa manusia, tetap harus diperhitungkan soal martabatnya dan bukan soal berapa jumlahnya.Â
Taruhan nyawa para pekerja yang membangun stadion misalnya mesti menjadi catatan pihak Presiden FIFA.Â
Kemegahan saat ini, rupanya telah diukir dengan darah dan korban. Ya, konfirmasi pihak Qatar bahwa ada 37 orang yang meninggal dalam proses pembangunan stadion megah itu.
Lusail  Iconic Stadium punya catatan sejarah bukan semata-mata tentang keburaman yang perlu dibandingkan dengan negara-negara di Eropa, tetapi biar dunia tahu bahwa kita sama-sama manusia yang punya salah dan dosa dan mari berbenah, bdk, lagu dari Ebiet G. Ade.Â
Memang tidak pantas hanya menatap balok pada mata sesama, tetapi orang perlu berjuang melihat dan membebaskan balok pada matanya sendiri juga.
Al Jazeera yang berarti pulau sudah pasti akan menjadi sorotan dunia. Ia bahkan menjadi seperti rebutan dunia. Namanya disebut seperti Indonesia di forum KTT G20 belakangan. Satu yang tidak boleh lupa bahwa perkembangan dan kemajuan suatu bangsa tidak boleh mengorbankan manusia.
Bagi mereka yang telah meneteskan keringat dan darah untuk dandanan stadion megah Lusail  Iconic mesti ada kompensasi dana dari FIFA, wajar bukan? Secercah harapan semoga olahraga sepak bola dunia menjadi momen persaudaraan global. Mari pulih bersama dari cengkraman krisis-krisis yang ada.
Salam berbagi, ino, 21.11.2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H