Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Going to Periphery, Dilema antara Winter dan Tunawisma

11 November 2022   04:29 Diperbarui: 12 November 2022   12:52 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup seakan-akan tidak berdaya, namun mereka bertahan hingga sekarang melampaui saat-saat krisis Covid-19. Hidup tanpa punya rumah di tengah krisis, mungkinkah?

Bagi kebanyakan manusia normal dan rasional hidup seperti itu memang terlalu riskan. Hidup tanpa punya rencana dan harapan, tapi jangan dulu, kalau dilihat dari sisi mereka, mungkin saja mereka adalah orang paling berbahagia.

Mereka tidak pernah mengenal keributan, kecemasan, ketakutan akan aneka krisis saat ini. Mereka hidup tanpa banyak mengerut dahi dan kening untuk terus berpikir bagaimana hari esok nanti.

Bagi mereka hidup itu sederhana dan berjalan begitu saja hari demi hari. Mereka hidup dalam kepercayaan bahwa masih ada orang yang bisa memberi. Namun, bagaimana tentang musim dingin nanti?

Winter dan Tunawisma 

Musim dingin akan tiba. Diskusi tentang krisis energi telah menjadi konsumsi media setiap harinya. Tapi, apa kata tunawisma? Tidak terdengar keluhan, bahkan tanpa kata protes dan cemas dari mereka.

Setiap hari mereka tampak tenang. Tidak pernah gelisah bertanya ke mana-mana. Tidur merentang kaki mereka dengan balutan selimut tebal, sambil menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku kesukaan.

Mereka mungkin sedang heran dengan orang-orang yang punya rumah, "kenapa mereka begitu takut kalau musim dingin tiba nantinya?"

Punya rumah, seakan-akan tidak punya kehangatan, punya uang, tapi mereka berpura-pura merana. Punya teman, tapi tidak pernah bercerita. Punya tetangga, tapi tidak pernah menyapa. 

Dingin.....itu bukan cuma soal suhu alam, tetapi juga soal suhu rasa, suhu perhatian, suhu cinta, suhu kecemasan dan ketakutan, suhu kegelisahan manusia.

Kegelisahan akan winter saat ini, bisa saja dari sudut pandang tunawisma adalah bagian dari kedinginan dan kebekuan pandangan yang terlalu terlena saat di support sahabat-sahabat dari dulu kala.

Winter akan dilalui dalam balutan selimut pemberian orang. Winter akan menjadi teman ketika ada ruangan kecil yang bisa meletakan kepala hingga pagi tiba. Pada pinggiran bangunan dan tempat parkiran itulah pilihan aman di musim dingin bagi tunawisma di kota Mainz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun