Tuntutan harus lahir dari hati nurani yang bersih, apalagi tuntutan itu berdampak pada ratusan juta rakyat Indonesia. Kalau hanya untuk kepentingan sebagian orang saja, maka betapa egoisnya diri Anda.
Jokowi mundur! Demikian masa demonstrasi yang bertajuk Aksi Bela Rakyat (AKBAR) berteriak pada hari ini, Jumat 4 November 2022 di Gambir Jakarta pusat. Dari sumber TRIBUN-VIDEO.COM terdengar begitu lantang satu suara yang mengendalikan massa pada hari ini dalam nyanyian "mundur-mundur...mundur Jokowi sekarang juga."
Aksi turun ke jalan, demo 411 ini ternyata dipimpin langsung oleh Habib Muhammad bin Husein Alatas. Ada beberapa ucapan dalam Video berdurasi 3:26 itu yang hemat saya menarik untuk dicermati lagi:
1. Mundur Jokowi sekarang juga
Masuk akal gak sih, kalau sekarang Jokowi mundur? Pertanyaan kita saat ini, siapa sih yang akan menjadi Presiden? Anies Baswedan? Ya, tuntutan Jokowi mundur itu ternyata berasal dari peserta demonstrasi yang hadir yakni sejumlah organisasi masyarakat termasuk di dalamnya Persaudaraan Alumni (PA) 212 dengan tuntutan utama mereka meminta Presiden Jokowi mundur.
Indonesia sekarang tengah mempersiapkan momen penting G20 yang akan diselenggarakan di Bali pada 15-17 November 2022. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 G20 itu sudah pasti menyerap banyak tenaga dan persiapan ekstra, tentu saja peran Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo sangat penting dan tidak tergantikan.
Dalam konteks seperti itu, apakah mungkin dan masuk akal tuntutan Jokowi mundur sekarang juga? Apakah seluruh rakyat Indonesia menghendaki hal konyol itu terjadi?
Bagaimana tanggapan negara-negara lain tentang Indonesia jika saat ini, hal konyol itu terjadi? Tentu saja hal seburuk itu tidak dikehendaki oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
2. Takbir
Ungkapan takbir juga diserukan. Ungkapan khas Takbir sudah dikenal publik. Umumnya kalau berteriak takbir, maka akan disertai dengan ungkapan Allahu Akbar. Takbir sendiri adalah kata Arab yang berarti "perbesar" istilah yang dikenakan untuk frasa Arab Allahu Akbar yang berarti Allah Maha Besar (Gott ist am grössten). Pada prinsipnya seruan ini dikumandangkan untuk memuliakan nama Tuhan.
Selayaknya ucapan Allahu Akbar itu diucapkan kapan saja dan di mana saja, apalagi jika kita melihat keadaan Indonesia dalam konteks global saat ini. Syukur dan pujian kepada Tuhan memang perlu dikumandangkan, apalagi kalau mata kita telah melihat karya-karya baiknya di Tanah Air kita.
Serukanlah Allahu Akbar sesering mungkin karena negara kita sedang dilihat banyak mata dan mereka akan datang menemui kita semua. Ada banyak pemimpin negara lain yang mengharapkan ada perjumpaan dan pembicaraan pribadi dengan Presiden kita, bukankah itu adalah suatu kebanggaan? Jangan lupa ya, presiden kita orang muslim lho. Saya bangga dengan Presiden kita yang muslim ini.
3. Ayo merapat ...
Teriakan sejenis ini, umumnya bisa dibaca di media sosial dalam kaitan dengan ketika seseorang ada makanan yang enak. Cara orang memancing orang lain untuk memberikan komentar dan tanggapan adalah dengan memposting gambar makanan enak dan menulis ayo segera merapat.
Barangkali ungkapan itu mengungkapkan kerinduan sesaat seperti peserta demo yang sedang lapar dan mengharapkan nasi bungkus. Jika rakyat lapar, maka sebaiknya dilakukan dengan cara yang baik dan santun, pasti pemerintah akan memberikan bantuan, ketimbang berteriak dengan tuntutan yang tidak main-main besarnya sampai kelaparan di jalan.
Tapi itulah Indonesia, pemerintah saat ini tentu saja tidak akan melarang siapa saja yang berdemonstrasi atas nama penegakan demokrasi bangsa ini.Â
Atas nama demokrasi bangsa ini, akan terlihat suara-suara lain setelah aksi demonstrasi itu seperti pantun balasan yang akan mengkritisi dan memberikan tanggapan.
Ayo merapat semestinya untuk kesatuan bangsa ini dan bukan untuk perpecahan bangsa kita sendiri. Ayo merapat bukan untuk menghina dan mencaci maki pemimpin bangsa ini, tetapi kita merapat untuk menjaga martabat bangsa dan pemimpin negeri ini.
4. Mari berjuang bersama; Tunjukan hari ini umat Islam kembali bersatu untuk menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia
Apakah umat Islam Indonesia sedang dalam perpecahan, sehingga muncul ajakan "tunjukkan hari ini umat Islam kembali bersatu"? Gesekan-gesekan kecil di Tanah Air itu memang biasa, tetapi yang nyata-nyata bahwa umat Islam ada perpecahan rasanya tidak benar.
Perpecahan karena apa dan sejak kapan? Bahwa adalah sebagian umat Islam yang punya pandangan dan gagasan terkait bangsa ini tentu saja ada. Namanya saja pandangan, ide dan gagasan pasti saja berbeda dan itu masih berada dalam jalur yang sah. Polemik boleh-boleh saja, diskusi mungkin akan lebih menarik lagi, tapi bukan dengan mencela.
Saya percaya bahwa mayoritas umat Islam Indonesia menghendaki Indonesia bersatu tanpa banyak gadu. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang cerdas dan bisa membedakan mana tuntutan yang masuk akal untuk konteks Indonesia saat ini dan mana tidak penting dan tidak pada waktunya.
5. Siap satu komando
Ajakan-ajakan dalam momen demonstrasi itu memang menarik untuk dicermati. "Siap satu komando" tentu saja bukan cuma seruan, tetapi juga adalah suatu pernyataan. Pernyataan itu bisa merujuk pada ada atasan atau komandan dan ada bawahan atau para pengikutnya.
Dalam hal ini mudah bagi pihak keamanan untuk memantau keadaan serupa di Indonesia. Bisa saja pernyataan itu merujuk pada logika bahwa, jika ada tindakan anarkis, maka komandonya yang harus diselidiki.Â
Cuma sangat disayangkan bahwa mereka tidak berteriak kita siap satu komando untuk mendukung pemerintahan saat ini. Atau kita siap satu komando mendukung pemimpin kita, Jokowi.
Mengapa tidak menyerukan hal seperti itu? Mengapa tidak? Bangsa ini akan semakin maju, jika sebagian besar rakyatnya mengikuti komando arah pembangunan yang dipikirkan pemerintah.
Coba bayang dengung krisis dan resesi memang sudah marak terdengar, tetapi Indonesia belum mengalami krisis dan resesi terhitung sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina.
Sementara itu, sebagian negara lainnya sudah nyata-nyata diterpa krisis dan resesi dengan angka inflasi yang tidak main laju meningkat terus. Mengapa kita tidak bisa bersyukur?
Salam berbagi, ino, 6.11.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H