Saat berjalan santai menelusuri sudut kota Mainz, tiba-tiba saya dikejutkan oleh suatu pemandangan yang tidak biasa. Di sana ada sepatu hitam yang ditempatkan persis di atas tong sampah. Di belakang sepatu itu ada latar merah dari dinding toko sepatu.Â
Seorang teman saya memberi interpretasi tentang pemandangan itu: "Itu sepatu lama, saat ia membeli sepatu baru, lalu ia meninggalkan sepatu itu pada tempat yang strategis. Siapa tahu ada orang yang tertarik untuk mengenakannya."
Saya mengakui, bisa saja benar seperti itu. Tapi, saya kagum dengan cara pikir pemilik sepatu itu. Mengapa? Hal ini karena, pemilik sepatu itu, tidak begitu saja membuang sepatunya di dalam tong sampah.
Pesona kontradiksi
Ia sebaliknya menempatkan sepatu bekasnya di atas tong sampah. Pada tempat yang menurut saya sangat menarik. Di sana ada pesona kontradiksi. Warna hitam berada di depan dari latar merah.
Saya bilang ke teman saya, "Ini menarik, maaf ya, saya mau foto dulu sepatu itu. Saat saya mengambil beberapa gambar, saya sempat berpikir beberapa kemungkinan: pertama, pemilik sepatu itu punya latar belakang pemikiran yang baik. Ia masih melihat kemungkinan bagi orang lain.
Sepatu itu adalah sepatu bekasnya, tetapi bagi orang lain, bisa saja akan menjadi koleksi kebetulan dari pinggir jalan di sudut kota yang menarik untuk diceritakan.
Di sudut kota saya melihat sepatu itu.Â
Pada sudut kanan dari toko sepatu, saya menyimpan kenangan tentang seorang pemilik sepatu yang tidak dikenal meninggalkan sepatu lama karena telah menemukan sepatu barunya.
Siapa dia yang meninggalkan sepatu itu? Saya tidak melihatnya. Sangat mungkin pemilik sepatu itu adalah seorang perempuan. Sepatu bertumit tinggi itu memancing nalar saya untuk menorehkan cerita tentangnya.