Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ada 2 Jenis Pekerjaan Paling Prospektif di Jerman

19 Oktober 2022   19:10 Diperbarui: 20 Oktober 2022   16:55 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan paling prospektif membutuhkan keberanian, kesabaran dan daya tahan psikis dan fisik yang disertai dengan kemampuan adaptasi budaya.

Sorotan tema Kompasiana tentang "pekerjaan paling prospektif" bisa saja akan ditanggapi secara berbeda-beda. Setiap orang punya pengalaman dan juga pergulatannya sendiri.

Pekerjaan paling prospektif bisa saja berbeda-beda di setiap negara. Oleh karena itu, pekerjaan paling prospektif tidak lain adalah pekerjaan yang sedang saya jalani saat ini.

Meskipun demikian, tentu saja masih ada pekerjaan lainnya yang bisa saja menurut orang lain merupakan pekerjaan paling prospektif. Pengalaman pribadi saya menguatkan gagasan saya bahwa bekerja sebagai pemelihara jiwa (Seelsorge) di rumah sakit dan di rumah jompo merupakan pekerjaan paling prospektif.

Mengapa pekerjaan sebagai Seelsorge adalah pekerjaan paling prospektif? Ada beberapa alasan berikut ini:

1. Ada peningkatan jumlah orang berusia 65 tahun ke atas

Dari sumber destatis.de terlihat rilisan data pertumbuhan orang berusia 65 tahun dari 16,6 juta pada tahun 2011 menjadi 18,4 juta pada tahun 2021.

Pertanyaannya siapa yang akan mendampingi mereka itu semua. Nah, dari segi data di atas, sangat jelas bahwa Jerman sebenarnya punya pekerjaan paling prospektif yakni menjadi tenaga perawat dan juga Seelsorge.

Cerita lama bahwa di tahun 1971 Indonesia pernah mengirimkan banyak sekali tenaga perawat untuk bekerja di Jerman. Tenaga perawat itu saat ini sudah menjadi orang jompo yang usia mereka berkisar 70-80 an tahun.

2. Risiko ketergantungan usia tua

Umumnya diketahui bahwa urusan kemandirian, termasuk  merupakan kata kunci untuk orang-orang Barat. Pada prinsip, seberapa pun usia mereka, jika sendiri masih bisa lakukan sendiri, maka mereka tidak akan meminta bantuan orang lain.

Mereka punya kebanggaan sendiri, jika mereka bisa melakukan sendiri untuk diri mereka. Saya mengenal beberapa orang yang tinggal serumah dengan saya. Seorang yang berusia 92 tidak mau saya mengambilkan gelas air untuknya. Namun ketika ia berusia 94, ia selalu meminta bantuan saya untuk banyak hal.

Persentase data statistik yang menarik adalah bahwa risiko ketergantungan usia tua meningkat dari 24 menjadi 37 dalam 30 tahun. Bahkan ada prognose bahwa di tahun 2031 nanti akan meningkat lagi menjadi 48 dan pada tahun 2060 mencapai angka 54.

Dari pertumbuhan angka ketergantungan ini, sangat jelas bahwa mereka membutuhkan tenaga pekerja yang bekerja sebagai perawat(Krankenpfleger-Krankenschwester) dan pendamping rohani bagi mereka.

3. Keterbatasan jumlah perawat, bidan, pemelihara jiwa dan petugas penyelamat

Dari sumber statistik Jerman-de.statsista.com terlihat sangat jelas sekali bahwa jumlah tenaga perawat, bidan, pekerja yang bekerja merawat orang-orang tua, jompo tidak sebanding dengan jumlah penduduk seluruhnya. 

Pada tahun 2019 tercatat sebanyak 1.084.283, lalu pada tahun 2020 meningkat menjadi 1.112.983 dan pada tahun 2021 menjadi 1.184.503.

Artinya dalam setahun, dari 2019 ke 2020 dibutuhkan tenaga yang bekerja untuk merawat orang jompo sebesar 28.700, sedangkan dari tahun 2020 ke 2021 meningkat menjadi 71.520.

Fakta ini tidak akan menurun, tetapi sebaliknya dari tahun ke tahun terus meningkat. Sementara itu secara khusus terkait tenaga pekerja sebagai Seelsorge tercatat pada tahun 2017 sebanyak 1.381.171, sedangkan di tahun 2018 terlihat penurunan sangat drastis menjadi 1. 263.869.

Jerman sebenarnya sedangkan kehilangan tenaga pekerja sebagai Seelsorge sebesar 117.302 orang. Padahal tenaga Seelsorge sangat dibutuhkan di setiap rumah sakit dan rumah jompo.

Bagaimana bisa bekerja di Jerman dan berapa besar gaji?

Bekerja di Jerman tentu saja bisa. Ya, semua orang bisa punya peluang untuk bekerja di Jerman. Tuntutannya tentu saja menguasai bahasa Jerman. Punya kemauan besar untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan, budaya dan mentalitas orang Jerman.

Siapa saja yang benar-benar nekad, sebenarnya bisa menyiapkan diri dengan baik dari jauh, sejak di Indonesia. Banyak orang mengatakan seperti ini, kalau kita gak punya uang, ya gak bisa masuk Jerman. Pasalnya baru jaminan hidup saja sudah sekitar 150 juta di rekening.

Ternyata tidak hanya seperti itu, ada juga jalur-jalur lainnya. Jalur nekad yang pernah saya dengar sendiri dari anak Indonesia sampai bisa menyelesaikan S2 di Jerman adalah melalui jalur Au Pair Mädchen.

Jalur Au Pair Mädchen itu paling bagus karena tuntutan bahasanya cuma seadanya saja, bahkan ketika tiba di Jerman, mereka akan diberi kesempatan untuk belajar bahasa.

Tentu saja, jalur Au Pair itu adalah batu loncatan untuk bekerja sebagai perawat dan tenaga sejenis yang bekerja di rumah sakit dan rumah jompo. Gaji Au Pair cuma 280 Euro atau sebesar kira-kira 4 juta.

Ingat tujuannya bukan Au Pair abadi lho, tetapi menjadi pekerja di rumah sakit atau rumah jompo. Gaji perawat rata-rata dalam setahun berbeda-beda di setiap kota.

Di Frankfurt misalnya punya angka rata-rata 39.700 , sedangkan gaji paling besar itu di kota München sebesar 43.100 . Artinya dalam setahun bisa mencapai angka 600 ratusan juta lebih. Lumayan bukan?

Pekerjaan paling prospektif di Jerman sudah pasti punya gaji 50 juta dalam sebulan. Saya yakin gaji sebesar itu sungguh sangat sulit diperoleh di Indonesia, apalagi untuk kebanyakan orang biasa.

Bekerja merawat sesama yang sakit, menghibur yang tua dan kesepian, memberikan motivasi dan inspirasi ternyata sangat dibutuhkan di Jerman.

Salam berbagi, ino, 19.10.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun