Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada 3 Gebrakan UMKM Petani Kecil Hadapi Resesi 2023

13 Oktober 2022   03:11 Diperbarui: 13 Oktober 2022   07:11 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resesi bisa dihadapi dengan cara-cara kembali ke gaya hidup cerdas ala petani desa, yang kreatif menata kebun dan tanaman yang tahan musim, variatif dan hemat energi.

Sejak awal krisis Covid-19 dua tahun lalu, prediksi tentang datangnya krisis, resesi dan inflasi tidak bisa diam lagi. Bukan cuma itu, ternyata krisis agresi militer Rusia terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022 telah menjadi bukti bahwa krisis, resesi dan inflasi itu bukan lagi mimpi dan hanya sekedar prediksi, tetapi telah menjadi sebuah kenyataan saat ini.

Kenyataan ekonomi yang semakin tercabik oleh kekurangan energi, perubahan iklim dan tensi politik semakin meniup angin ketidakpastian dalam banyak bidang lagi.

Krisis covid menorehkan ketakutan global tentang kematian massal yang di luar prediksi. Krisis perang semakin mengerucut kepada persoalan ekonomi yang bersentuhan langsung dengan resesi dan inflasi.

Meskipun peliknya wajah krisis dunia saat ini, bagi petani kecil di desa terpencil tetap saja tertinggal daya kreatif dan wajah optimis. 

Optimisme mereka bukan karena mereka tidak takut pada pahitnya inflasi dan resesi nanti, tetapi lebih karena mereka sebenarnya tidak punya pilihan lain lagi.

Pilihan yang tidak terhindarkan saat ini adalah kembali ke alam dan menggarap bumi. Mereka punya keyakinan bahwa tanah dan alam ini masih bersahabat dan masih bisa menghasilkan sesuatu yang mendukung ekonomi dan kemandirian hidup mereka.

Ada beberapa jenis tanaman pilihan yang menjadi prioritas UMKM petani di desa:

1. Menanam sayur jenis sawi, terong, paria, kangkung dan buncis

Jenis-jenis tanaman ini terlihat begitu produktif dan bersahabat dengan alam di Flores khususnya. Pada bulan Juli dan Agustus lalu saya menyaksikan sendiri bagaimana usaha saudara saya di Flores.

Ia memiliki tiga lahan kebun sayur. Ketiga kebun itu telah disiapkan dengan sistem penyiraman otomatis. Sistem penyiram dengan menggunakan energi tekanan air sendiri.

Pada kenyataanya menanam sayur itu merupakan pilihan paling tepat dalam menghadapi situasi krisis dan bahkan ke depan nanti untuk menghadapi resesi.

Tiga alasan, mengapa menanam sayuran itu sebagai alternatif terbaik:

1. Siapa saja setiap kali makan, dia membutuhkan sayur.

2. Proses tumbuh sayur umumnya sangat cepat, mulai dari jenis sayur kangkung dengan usia 2 Minggu hingga sawi 3-4 minggu sampai pada usia panen.

3. Sayuran itu bisa mudah dijangkau sesuai dengan daya beli masyarakat mulai dari termurah Rp 5000.

Pengalaman saudara saya telah membuktikan bahwa sayuran bisa dijual 2 kali dalam seminggu. Hal yang menarik menurutnya bahwa daya beli masyarakat itu sangat bergantung pada penghasilan mereka.

Paria | Dokumen pribadi oleh Ino
Paria | Dokumen pribadi oleh Ino

Jika harga komoditi itu bagus, maka setiap kali hari penjualan bisa mencapai Rp 1. 200.000, namun ketika masyarakat pada umumnya tidak punya jualan apa pun, maka sekali dalam penjualan sayur hanya bisa mencapai Rp 400.000 - 500.000.

Terung yang sedang berbunga | Dokumen pribadi oleh Ino
Terung yang sedang berbunga | Dokumen pribadi oleh Ino

Dalam hal ini, jika resesi itu berpengaruh pada jatuhnya harga komoditi masyarakat, maka tentu saja angka pemasukan petani sayur pun akan menurun dari 2 juta per minggu menjadi 1 juta setiap minggu. 

Artinya, dari angka itu sebenarnya bagi petani sayur, resesi itu belum berdampak bagi mereka karena tetap saja dalam sebulan masih memperoleh gaji kurang lebih sesuai standar UMR. 

Segar dan suburnya daun sawi | Dokumen pribadi oleh Ino
Segar dan suburnya daun sawi | Dokumen pribadi oleh Ino

Nah, keuntungannya hidup di desa. Mereka tidak harus beli cabe dan bahan makanan. Di situlah letak kehematan dan keuntungannya.

2. Petani di desa menanam umbi-umbian

Pilihan yang hampir terlupakan oleh sekian banyak orang saat ini adalah menanam umbi-umbian. Mungkin saja tidak banyak orang tahu bahwa jenis umbi-umbian itu adalah jenis tanaman masyarakat desa yang paling tahan musim.

Jika petani yang rajin menanam umbi-umbian tahun ini, maka tidak harus tahun ini panen, tetapi bisa tahun depan dan kapan saja. Terlambat panen itu tidak menimbulkan kendala yang hebat karena umbi-umbian itu tetap saja segar di dalam tanah.

Kenangan masa kecil di tahun 1980-an tetap saja membekas, ketika gagal panen, banyak petani yang mengambil bahan makanan dari umbi-umbian.

Resesi tahun 2023 itu barangkali akan menjadi sebuah kenyataan yang bisa antisipasi sejak dini. Karena itu, melalui tulisan ini, saya mengajak kembali petani di desa-desa agar coba kembali ke pola hidup bertani di tahun krisis 1980 an dulu. 

Krisis tentu saja akan berjalan, tetapi hidup pun akan tetap berlanjut tanpa harus merana di tengah krisis. Mari, belajarlah untuk menolong diri sendiri mulai saat ini dengan menanam umbi-umbian.

Apa artinya UMKM kalau orang tidak belajar dari sejarah masa lalu, di masa orang pernah melampaui krisis itu sendiri. Oleh karena itu, saya pikir sangat penting saat ini, perlu adanya himbauan bahkan ada semacam gerakan untuk menanam umbi-umbian bagi para petani di desa-desa.

3. Menjaga mata air melalui pembuatan kolam ikan dan ternak itik

Dalam satu perbincangan santai dengan saudara saya, kami akhirnya menemukan ide-ide yang mungkin saja akan menjadi nyata nantinya. 

Sekurang-kurangnya saya hanya bisa menyalurkan ide, dan ia bisa perlahan-lahan meraihnya dalam kenyataan. Langkah-langkah yang pernah diusahakannya antara lain:

1. Menggali kolam air pada bagian atas kebunnya.

2. Mengerjakan kandang itik dan membelikan jenis ikan dan pakan secukupnya.

Dua gagasan ini memang mudah untuk dilakukan, cuma kendala yang dihadapi adalah soal dana dan tenaga kerja. Siapa yang harus mengurus kebun sayur dan siapa yang harus menjual sayur.

Kemiskinan cara dan manajemen tentu saja menjadi kendala besar bagi petani desa yang hanya bermodalkan pengalaman pernah merantau di Malaysia.

Saya masih ingat, pada tahun 2006 pernah mencoba ternak itik. Unik banget lho. Setiap pagi setelah sarapan, bisa jalan-jalan di kebun kecil sambil memungut telur itik.

Itu mimpi di tengah krisis yang kembali hadir untuk hadapi resesi nanti. Orang bisa saja lupa krisis, kalau saja setiap pagi bisa memberi makan ikan, lalu memungut telur itik.

Selanjutnya bisa memasak umbi-umbian dengan hidangan sayur-sayur segar, seperti terung bakar, paria rebus, kacang panjang dan ikan bakar. Duh bisa juga dicoba gaya lalapan gitu.

Saya yakin, petani kreatif akan bisa menikmati hidup di tengah krisis dan resesi, tanpa harus lari sana sini atau pinjam ini dan itu. Ya, dari segi kesiapan menghadapi resesi, saya kira ide-ide di atas bisa menjadi lebih mapan dan siap.

Seperti apa sangarnya wajah resesi nanti, tidak akan membuat petani di desa lari jika hari ini mereka mulai merancang kebun sendiri, sambil memperhatikan mata air, kolam ikan, itik, dan sayur-sayuran pilihan yang cepat dan sehat.

Salam berbagi, ino, 13.10.2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun