Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Live Streaming Sepak Bola Indonesia dan Harapan Perubahan Mental

4 Oktober 2022   01:49 Diperbarui: 4 Oktober 2022   08:46 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Temukan cara yang meredam agresivitas melalui kemajuan teknologi metaverse zaman kita. Nobar di layar lebar aja bro, daripada nyawa melayang.

Sorotan tema Kompasiana kali ini menyapa begitu banyak orang untuk berpikir bagaimana caranya agar hiburan sepak bola benar-benar hiburan yang aman. 

Hiburan sepak bola sebenarnya di mana saja tetap saja tidak aman, kecuali di beberapa negara di Eropa yang mungkin saja entah karena tingkat sanksi dan pengamanannya tinggi dan juga bisa karena kesadaran manusia tentang betapa berharganya manusia.

Tulisan ini tentu saja berangkat dari tragedi sepak bola Arema Vs Persebaya yang akhirnya menuai korban dan kritikan dari berbagai negara.

Sepak bola Indonesia memang sama sekali tidak terkenal di Eropa tentu saja, akan tetapi fenomena tentang agresivitas suporter akhirnya menjadikan sepak bola Indonesia begitu terkenal.

Sudah tiga hari ini saya mendengar berita tentang sepak bola Indonesia yang akhirnya memakan korban itu di radio Jerman. Umumnya radio Jerman memberitakan hal-hal yang benar menarik seperti berita tentang bencana di Indonesia.

Namun kali ini sedikit bergeser temanya, bukan lagi tentang bencana alam, tetapi soal bencana kemanusiaan. Ya, negeri kita sedang krisis dalam menghormati nilai kemanusiaan.

Memang siapa saja dan kapan saja bisa meninggal dunia, tetapi perasaan tentang kapan saja dan di mana saja bisa meninggal atau terkena bahaya muncul begitu kuat ketika bepergian di Indonesia.

Nah, saat ini sudah menjadi kenyataan bahwa orang bisa meninggal dunia begitu banyak di lapangan sepak bola. Lapangan sepak bola yang cuma dikenal sebagai tempat olahraga demi kesehatan fisik manusia, kini akhirnya jadi sumber bencana kemanusiaan.

Tentu saja bukan soal bencana kemanusiaan karena meninggalkan begitu banyak orang itu, tetapi lebih dari itu tentang bagaimana kesan orang tentang brutalitas suporter di sana.

Ternyata riwayat sepak bola yang kejam dan seram itu tidak hanya terjadi di Flores, tetapi juga di Jawa dan bisa saja di mana di seluruh Indonesia.

Perkelahian selalu saja menjadi cerita yang terus berulang. Bahkan wasitpun tidak jarang digebukin pemain dan penonton. Pertanyaan dasar kita mengapa hal seperti itu terjadi?

Ada beberapa kemungkinan sebagai pemicu dari aksi kekerasan di lapangan bola:

1. Penonton yang adalah suporter barangkali adalah pecandu alkohol, sebelum menonton bisa saja sudah mengkonsumsi minuman keras (miras).

2. Latar belakang pendidikan dari penonton umumnya. Sayang belum ada penelitian terkait hal ini. Berapa banyak penonton yang berpendidikan tinggi.

3. Provokasi tindakan kekerasan bisa saja lahir dari latar belakang ekstrimisme. 

4. Dominasi emosi orang-orang kalah adalah kekecewaan harus dibalas dengan kekerasan.

5. Prediksi yang lain bisa saja bahwa instansi POLRI saat ini sedang berada di zona kuning suram terkait kredibilitas dan kinerja mereka.

Nah dari beberapa kemungkinan pemicu tindakan kekerasan itu, lalu mau bagaimana selanjutnya agar hiburan tetap bisa dinikmati dan kehidupan dan keamanan manusia tetap saja terjamin?

Nah, bekal pengalaman krisis Covid-19 seperti sudah matang mempersiapkan kita. Siapa saja tentu sudah mengenal dunia live streaming.

Dunia Live streaming saat ini pada situasi tertentu memang dunia yang paling aman dan menyelamatkan, bahkan bisa menjadikan hiburan sepak bola kita sehat dan menyegarkan.

Saya pikir kebijakan sementara saat ini sebaiknya tidak ada kemungkinan untuk nonton langsung di stadion, selain para pemain, tim medis dan juga pelatih.

Tugas panitia mungkin perlu menyiapkan kemungkinan penyiaran secara langsung melalui media TV ataupun kemungkinan Live streaming.

Hanya dengan kemungkinan seperti itu, maka kemungkinan suporter yang berbeda tidak bisa dipertemukan di dalam satu stadion. Sementara itu tentu sangat penting adalah perlu di antara sesi-sesi pertandingan itu muncul pula iklan dan himbauan berkaitan dengan soal nilai-nilai kemanusiaan,  tata krama dan hormat menghormati.

Tentu saja banyak yang kecewa dalam hal ini. Tetapi siapa yang bisa memberikan jaminan keselamatan manusia? Pilihan yang menarik tentu saja adalah gelar acara nonton bareng (Nobar) dengan teknik layar lebar untuk masing-masing suporter.

Kemungkinan live streaming, layar lebar pada tempat masing-masing pasti akan menjadi pilihan yang tepat dan aman. Apalagi untuk saat sekarang ini, dendam dan kebencian antara keduanya dan pihak keluarga korban tentu saja ada.

Tentu saja stadion tempat pertandingan itu dikawal ketat oleh pihak keamanan. Menjaga sedikit orang jauh lebih baik daripada 100 polisi menjaga suporter 4000 orang.

Salam berbagi, 4. Oktober 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun