Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

3 Konsep Berpikir Terkait Dilema antara Hobi dan Prioritas Hidup

20 September 2022   02:09 Diperbarui: 20 September 2022   15:56 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi skala prioritas kebutuhan| Shutterstock.com/By phloxii via Kompas.com

Dilema tidak akan berakhir, demikian juga konsep berpikir dan prinsip hidup selalu saja menolong orang mengatasi situasi dilematis. Lakukan satu hal, tanpa melupakan hal lainnya. Lakukan hobimu, tanpa melupakan prioritasmu | Ino Sigaze.

Membahas tema tentang hobi dalam kaitannya dengan kehidupan rumah tangga tentu saja berkaitan erat dengan pertanyaan sorotan Kompasiana, "Hobi suami di tangan istri?"

Tentu saja, tema ini tidak hanya berkaitan dengan relasi hidup antara suami dan istri terkait hobi, tetapi bisa saja berkaitan dengan prioritas hidup.

Hobi sang suami bisa saja tidak memberikan rasa damai kepada istrinya, jika saja urusan hobi sang suami sampai tidak lagi memperhitungkan saat-saat istimewa bersama keluarga dan juga terkait prioritas.

Nah, tulisan ini membahas bagaimana hidup di tengah gelora hobi dan kepentingan prioritas yang juga penting untuk diselesaikan. Berikut ini ada 3 konsep berpikir terkait dilema antara hobi dan prioritas.

3 konsep berpikir terkait dilema antara hobi dan prioritas hidup | Dokumen pribadi oleh Ino
3 konsep berpikir terkait dilema antara hobi dan prioritas hidup | Dokumen pribadi oleh Ino

1. Perlunya kebijakan praktis yang menguntungkan diri dan orang lain

Pergulatan antara hobi dan prioritas memang bukan lagi pergulatan pribadi seseorang saja, tetapi bisa saja sudah umum dialami oleh banyak orang.

Siapa saja tentu pernah berhadapan dengan kenyataan pergulatan batin antara urusan hobi dan prioritas hidupnya. Hal yang penting dicermati dan digarisbawahi adalah bahwa tidak semua hobi itu akan menjadi prioritas.

Saya jadi ingat pergulatan pribadi saya ketika mulai menulis di Kompasiana ini. Rasanya menulis itu benar-benar hobi. Berhenti menulis itu rasanya seperti tidak bernyawa lagi.

Bahkan pembaca setia tulisan saya pernah bertanya tentang keadaan pribadi saya ketika tidak lagi menulis. Ia menduga bahwa pasti ada hal yang tidak menyenangkan sedang terjadi sampai saya tidak bisa menulis sama sekali.

Satu hal yang orang tidak tahu bahwa terlalu sering terjadi bahwa gara-gara hobi itu, urusan yang semestinya menjadi prioritas itu ditunda-tunda.

Memang siapa saja pasti tahu tentang prioritas. Apa yang orang namakan prioritas pasti tidak selalu menyenangkan, bahkan yang menjadi prioritas itu sering membosankan dan memeraskan tenaga.

Dalam kaitan dengan kenyataan seperti itu, orang perlu punya kebijakan praktis berupa sebuah cara pikir: 

"Yang satu dilakukan, tanpa mengabaikan yang lainnya."

Artinya hobi tetap dijalankan, tanpa harus mengabaikan yang prioritas. Dari cara pola pikir itulah saya merasa damai saja di tengah prioritas itu, saya tetapi saja bisa mengembangkan hobi saya.

2. Perlunya kemampuan pengendalian diri

Semangat dalam diri yang perlu selalu ada tentu saja soal penyangkalan diri. Siapa seh yang tidak pernah terlena karena hobinya? Setiap orang tentu saja mengalami kompromi dengan dirinya sendiri.

Orang pasti lebih mudah memaafkan dirinya untuk memperpanjang waktu untuk kepuasan batin melalui hobinya daripada harus dengan tegas mengatakan sekarang berhenti dan beralih kepada prioritas.

Dalam pengalaman seperti itu, orang perlu menyadari bahwa dirinya membutuhkan suatu semangat baru berupa penyangkalan diri. 

Seorang dewasa tidak akan lagi sesering mungkin ditegur oleh orang lain, atau juga ditegur oleh sang istri misalnya dalam konteks keluarga. 

Oleh karena itu, orang perlu menyangkal keinginan dirinya yang terus memperpanjang kepuasan batin melalui hobinya. Nah, ketegasan pribadi untuk mengendalikan rasa dan dahaga emosional dalam hal ini sangat penting, supaya prioritas tidak terabaikan.

3. Memegang prinsip "terukur atau angemessen"

Berhadapan dengan kenyataan hobi yang sulit dikendalikan, bahkan cenderung menjadi semacam "pelarian" dari situasi lain, maka orang perlu punya prinsip.

Prinsip yang bagi saya cukup membantu adalah soal pola pikir tentang hobi itu sendiri. Apa pun itu sebenarnya tidak akan menjadi negatif jika masih berada pada skala yang terukur.

Tentu saja hal ini telah menjadi bagian dari pengalaman banyak orang lainnya bahwa sesuatu yang dilakukan secara berlebihan tentu saja menjadi tidak baik, sebaliknya sesuatu yang dilakukan secara terukur atau angemessen, maka pasti tetap baik.

Nah, dalam urusan hobi sebetulnya pola pikir dan prinsip "terukur" itu tidak akan kehilangan daya aktualnya untuk kapan saja dan untuk siapa saja.

Lakukanlah segala sesuatu secara terukur dan tidak berlebihan. Hobi dilakukan dan tidak hanya hobi yang dilakukan, tetapi juga prioritas hidupmu. 

Demikian juga perhatian jangan hanya soal prioritasmu sampai melupakan hobimu, tetapi tetaplah jaga keseimbangan antara hobi dan prioritas hidup.

Keseimbangan antara hobi dan prioritas yang dijaga dengan baik pasti tidak akan mencederai baik itu rumah tangga, maupun tugas dan pekerjaan serta usahamu.

Salam berbagi, ino, 20.09.2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun