Satu hal yang orang tidak tahu bahwa terlalu sering terjadi bahwa gara-gara hobi itu, urusan yang semestinya menjadi prioritas itu ditunda-tunda.
Memang siapa saja pasti tahu tentang prioritas. Apa yang orang namakan prioritas pasti tidak selalu menyenangkan, bahkan yang menjadi prioritas itu sering membosankan dan memeraskan tenaga.
Dalam kaitan dengan kenyataan seperti itu, orang perlu punya kebijakan praktis berupa sebuah cara pikir:Â
"Yang satu dilakukan, tanpa mengabaikan yang lainnya."
Artinya hobi tetap dijalankan, tanpa harus mengabaikan yang prioritas. Dari cara pola pikir itulah saya merasa damai saja di tengah prioritas itu, saya tetapi saja bisa mengembangkan hobi saya.
2. Perlunya kemampuan pengendalian diri
Semangat dalam diri yang perlu selalu ada tentu saja soal penyangkalan diri. Siapa seh yang tidak pernah terlena karena hobinya? Setiap orang tentu saja mengalami kompromi dengan dirinya sendiri.
Orang pasti lebih mudah memaafkan dirinya untuk memperpanjang waktu untuk kepuasan batin melalui hobinya daripada harus dengan tegas mengatakan sekarang berhenti dan beralih kepada prioritas.
Dalam pengalaman seperti itu, orang perlu menyadari bahwa dirinya membutuhkan suatu semangat baru berupa penyangkalan diri.Â
Seorang dewasa tidak akan lagi sesering mungkin ditegur oleh orang lain, atau juga ditegur oleh sang istri misalnya dalam konteks keluarga.Â
Oleh karena itu, orang perlu menyangkal keinginan dirinya yang terus memperpanjang kepuasan batin melalui hobinya. Nah, ketegasan pribadi untuk mengendalikan rasa dan dahaga emosional dalam hal ini sangat penting, supaya prioritas tidak terabaikan.
3. Memegang prinsip "terukur atau angemessen"