Dana pensiun tidak selamanya soal menyimpan uang di bank, tetapi soal cara memperoleh uang di usia tua.Â
Tema sorotan Kompasiana kali ini kembali menggugat nalar untuk berpikir tentang masa depan dalam bingkai usia senja dengan perspektif tentang dana pensiun.
Dana pensiun sebenarnya merupakan tema sentral di tengah bayangan krisis global saat ini.Â
Tulisan ini merupakan percikan perspektif dari pengalaman konkret melalui perjumpaan pribadi dengan sahabat, keluarga, dan kenalan saya.
Ada 3 cara mempersiapkan dana pensiun:
1. Dana pensiun bagi perantau di kota
Kecerdasan perantau yang lama tinggal di Jakarta terlihat dengan memikirkan bagaimana bisa hidup di Jakarta dengan kepastian masa tua mereka yang aman.Â
Beberapa sepupu saya di Jakarta mereka menyiasati dana pensiun mereka melalui beberapa cara ini:
1. Belanja secara terencana sesuai kebutuhan keluarga mereka
2. Mereka jarang pulang libur untuk menghemat biaya perjalanan
3. Mencicil pembelian tanah dari gaji mereka yang seadanya.Â
4. Merencanakan pembuatan rumah secara bertahap.Â
Dana pensiun bagi perantau di Jakarta bukan dengan simpanan uang di bank, tetapi dengan mengolah uang di bank secara konkret seperti membangun rumah untuk disewakan kepada siapa saja.Â
Cara seperti itu ternyata sangat efektif dan sangat menolong hidup masa tua siapa saja tentunya dan secara khusus bagi kaum perantau di Jakarta.Â
Artinya, di masa tua mereka bisa hidup cukup melalui biaya sewa rumah penginapan.Â
2. Dana pensiun bagi petani kecil di desa
Ada perspektif yang unik dari petani kecil di desa saat ini yang belum banyak menjadi trend dan pilihan banyak orang.Â
Meskipun demikian, sebagian petani di desa-desa sudah mempertimbangkan dan mempersiapkan dana pensiun mereka dengan cara luar biasa.Â
Cara unik yang bagi saya menarik untuk didalami adalah bahwa mereka mempersiapkan dana pensiun mereka melalui program tanam pohon kayu yang berguna seperti kayu mahoni dan jati putih.Â
Saya masih ingat ada beberapa dari keluarga saya yang setelah 10 tahun menanam pohon jati putih, sudah dapat tawaran seperti uang 250-300 juta untuk membelinya.Â
Walau demikian, petani di desa tetap saja tidak tergiur dengan tawaran itu, karena pertimbangan semakin lama dan semakin usia mereka, maka kayu itu akan semakin mahal.Â
Logika yang ada adalah semakin tua usia mereka, semakin nyaman dana pensiun mereka. Dana pensiun dalam hal ini tidak dalam bentuk uang pasif, tetapi lebih dari itu, yakni harta aktif yang sudah pasti semakin lama semakin mahal.Â
3. Dana pensiun untuk orang-orang diaspora di JermanÂ
Dana pensiun bagi orang-orang diaspora di Jerman sebenarnya bukan lagi menjadi suatu kendala. Hal ini karena dana pensiun sangat dipengaruhi oleh sistem pengaturan gaji bagi setiap karyawan perusahaan.Â
Keuntungannya bahwa siapa saja yang bekerja di perusahaan, maka dia sudah pasti punya dana pensiunan yang dipotong dari gajinya.Â
Pegawai swasta atau negeri tidak lagi menjadi suatu persoalan karena sistem pengaturan dana pensiunan sudah merupakan prioritas, bahkan bisa dikatakan suatu kewajiban (Pflicht).Â
Logika tentang persiapan dana pensiunan sebenarnya bagi orang diaspora tidak terlalu menjadi tantangan serius karena ada sistem yang telah mengatur kebijakan dana pensiun.
Dari tiga perspektif tentang dana pensiun di atas tampak sekali bahwa setiap negara dan setiap orang punya konsep sendiri terkait dana pensiun.Â
Keragaman cara pandang tentang dana pensiun rupanya menjadi sebuah kekayaan cara pandang dan gagasan tentang kemungkinan-kemungkinan mempersiapkan masa tua yang aman.
Siapa saja sebenarnya punya cara sendiri mempersiapkan dana pensiunnya tidak hanya karena kesadaran sendiri, tetapi juga bisa karena sistem yang berlaku di masyarakat tertentu.Â
Salam berbagi, ino, 30.08.2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H