Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

4 Faktor Penentu Mentalitas Frugal Living di Jerman

10 Juli 2022   04:02 Diperbarui: 10 Juli 2022   11:49 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
4 faktor penentu mentalitas frugal living di Jerman | Dokumen diambil dari Check City

Frugal living tidak bisa datang otomatis, tetapi selalu datang dari kesadaran dan pilihan bebas yang bisa dipertanggungjawabkan oleh karena latar belakang sejarah dan pikiran tertentu yang masuk akal.

Tema sorotan Kompasiana kali ini sungguh tidak terduga dan sangat menarik. Hal ini karena Kompasiana menyoroti tema tentang hidup minimalis.

Di tengah kemajuan dan perkembangan zaman ini, tema hidup minimalis rupanya menjadi suatu tantangan yang tidak mudah lagi. Saya menyadari betapa besarnya ruang tantangan hidup minimalis di Jerman.

Meskipun demikian, akhirnya saya menyadari bahwa frugal living sudah menjadi bagian dari hidup saya di Jerman. Ada 4 faktor yang menentukan frugal living di Jerman:

1. Belajar dari kebiasaan hidup orang lain

Frugal living bagi saya sebelum berangkat ke Jerman adalah tema yang sangat menarik, tetapi juga bisa saja menjadi terlupakan. Saya membayangkan penampilan dan cara berpakaian orang Jerman yang bagus dan bersih itu sudah pasti jauh dari frugal living.

Pada kenyataanya, sungguh lain dari apa yang saya pikirkan sebelumnya. Frugal living di Jerman sebenarnya lebih mudah karena lingkungan dan kebudayaan mereka sudah sangat kuat mempengaruhi orang untuk frugal living.

Bagaimana caranya untuk tahu bahwa orang Jerman punya gaya hidup hemat, frugal living. Orang tahu frugal living itu dari cara berpikir mereka.

Menurut saya, frugal living itu mesti mulai dari cara pikir. Cara pikir yang sangat kuat dan menonjol bagi sebagian besar orang Jerman adalah  menjaga kebersihan.

Saya belajar dari teman-teman saya yang serumah. Mereka tidak selalu punya pakaian baru, tetapi mereka selalu menjaga kebersihan. Kebersihan merupakan prinsip yang sangat menunjang frugal living.

2. Konsep orang Jerman tentang uang

Banyak orang tidak tahu seperti apa mentalitas orang Jerman, maka gampang mengira di Jerman orang dapat membuat proposal dan mendapat uang sumbangan dengan mudah. Nah, cara pikir seperti itu rupanya keliru.

Umumnya mereka punya konsep tentang uang. Uang dipakai sejauh dapat dipertanggungjawabkan dan sejauh itu bermanfaat. Tentu saja tidak semua seperti itu, sekurang-kurangnya yang saya belajar dari teman-teman yang serumah.

4 faktor penentu mentalitas frugal living di Jerman | Dokumen diambil dari Check City
4 faktor penentu mentalitas frugal living di Jerman | Dokumen diambil dari Check City

Oleh karena itu, jika berurusan dengan keuangan, maka harus dikatakan itu merupakan urusan yang paling rumit. Laporan keuangan harus jelas, dengan data, nama dan alamat yang jelas.

Salah menulis alamat saja, maka sudah pasti kita akan ditelpon dan mereka tidak segan-segan untuk mengatakan peringatan bahwa cara itu tidak baik dan tidak boleh dilakukan lagi.

Dari beberapa pengalaman pribadi, saya bisa mengatakan bahwa hidup hemat itu sangat bergantung pada konsep tentang uang. Jika orang membayangkan uang itu gampang diperoleh, maka sudah pasti dia tidak akan menjadi lebih hemat.

Sebaliknya, semakin orang merasakan betapa sulitnya memperoleh uang, maka orang akan otomatis berpikir bagaimana bisa menjadi hemat.

Jerman bagi saya adalah negara kaya yang hidup mereka sangat hemat, bahkan bisa saja bagi orang Indonesia bisa dianggap pelit. Tapi, pelitnya rasional. Menjadi pelit, jika tidak masuk akal tujuan penggunaannya, tetapi jika itu logis dibutuhkan, maka mereka akan memberikannya.

3. Frugal living itu adalah sebuah pilihan hidup

Jalan hidup yang saya tempuh sudah sejak awal menuntut saya untuk frugal living. Saya masih ingat ketika zaman kuliah dulu di tahun 2000 an, coba bayangkan menerima uang saku untuk belanja kebutuhan pribadi dalam sebulan 20.000 rupiah.

Keadaan seperti itu sebenar tanpa perlu diskusi lagi, sudah pasti menjadi hemat dan tidak punya apa-apa kecuali menunggu sumbangan orang lain.

Lebih dari pilihan hidup hemat, pilihan hidup saya menuntut untuk hidup miskin. Akan tetapi, apa artinya hidup miskin mungkin sulit dipahami dalam konteks global. Bahkan pilihan hidup itu akan menjadi paradoks dalam konteks hidup di Jerman.

Oleh karena itu, saya pikir lebih tepat dengan sebutan frugal living. Frugal living itu menjadikan seseorang hidup dalam kesadaran bahwa frugal living adalah pilihan hidup.

Ya, saya mau menjalani hidup hemat. Frugal living berarti menyadari keadaan cukup dan juga berani mengambil keputusan untuk membatasi kebutuhan yang tidak penting. Orang hidup dalam kesadaran, tidak berlebih-lebihan dan juga tidak merana.

4. Frugal living dipelajari dari sikap orang Jerman terhadap makanan

Frugal living bisa menjadi tema yang sangat menarik untuk melihat perbedaan sikap dan perlakuan orang Jerman dan orang Indonesia.

Orang Jerman saya menyisakan makanan mereka di piring, apalagi membuang makanan. Di beberapa daerah di Jerman ada aturan yang memberikan denda (Strafe) kepada orang-orang yang membuang bahan makanan.

Pengalaman saya dikunjungi orang-orang Indonesia dan makan di rumah makan di Jerman. Terkadang sangat memalukan, karena orang Indonesia, selalu saja menyisakan makanan mereka dan bahkan tanpa beban membuang makanan.

Tentu saja ada yang punya kebiasaan itu karena latar belakang budaya dan kepercayaan mereka. Namun, mereka lupa bahwa kebiasaan itu sudah tidak tepat di negara lain.

Dari cara menghargai makanan, dapat dilihat juga soal frugal living. Orang yang hidup hemat tentu saja mereka yang tidak gampang membuang bahan makanan.

Orang Jerman selalu menghitung siapa yang makan dan berapa kesanggupan setiap orang menghabiskan makanan. Dari perhitungan itulah, terlihat jelas sekali sikap hidup hemat  mereka.

Sekali lagi bukan pelit, tetapi mereka mau supaya bahan makanan itu tidak dibuang. Mengapa mentalitas mereka terbentuk seperti itu? Rupanya latar belakang kesulitan saat perang dunia I dan II telah membentuk mentalitas hidup mereka.

Generasi yang pernah mengalami perang  masih bercerita tentang sebuah roti yang dibagikan untuk beberapa orang. Nah, dari situ saya melihat bahwa  pengalaman dan latar belakang sejarah suatu bangsa ternyata juga bisa membentuk mentalitas manusianya.

Frugal living ternyata bisa karena pilihan hidup, bisa juga karena gaya hidup orang-orang di sekitar kita dan juga bisa saja terbentuk karena konsep tentang uang dan sikap terhadap bahan makanan.

Memiliki perspektif yang baik tentang uang, hidup, makanan, pakaian, tentang kebersihan tentu sangat menentukan frugal living seseorang.

Salam berbagi, ino, 10 Juli 2022. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun