Banyak orang tidak tahu seperti apa mentalitas orang Jerman, maka gampang mengira di Jerman orang dapat membuat proposal dan mendapat uang sumbangan dengan mudah. Nah, cara pikir seperti itu rupanya keliru.
Umumnya mereka punya konsep tentang uang. Uang dipakai sejauh dapat dipertanggungjawabkan dan sejauh itu bermanfaat. Tentu saja tidak semua seperti itu, sekurang-kurangnya yang saya belajar dari teman-teman yang serumah.
Oleh karena itu, jika berurusan dengan keuangan, maka harus dikatakan itu merupakan urusan yang paling rumit. Laporan keuangan harus jelas, dengan data, nama dan alamat yang jelas.
Salah menulis alamat saja, maka sudah pasti kita akan ditelpon dan mereka tidak segan-segan untuk mengatakan peringatan bahwa cara itu tidak baik dan tidak boleh dilakukan lagi.
Dari beberapa pengalaman pribadi, saya bisa mengatakan bahwa hidup hemat itu sangat bergantung pada konsep tentang uang. Jika orang membayangkan uang itu gampang diperoleh, maka sudah pasti dia tidak akan menjadi lebih hemat.
Sebaliknya, semakin orang merasakan betapa sulitnya memperoleh uang, maka orang akan otomatis berpikir bagaimana bisa menjadi hemat.
Jerman bagi saya adalah negara kaya yang hidup mereka sangat hemat, bahkan bisa saja bagi orang Indonesia bisa dianggap pelit. Tapi, pelitnya rasional. Menjadi pelit, jika tidak masuk akal tujuan penggunaannya, tetapi jika itu logis dibutuhkan, maka mereka akan memberikannya.
3. Frugal living itu adalah sebuah pilihan hidup
Jalan hidup yang saya tempuh sudah sejak awal menuntut saya untuk frugal living. Saya masih ingat ketika zaman kuliah dulu di tahun 2000 an, coba bayangkan menerima uang saku untuk belanja kebutuhan pribadi dalam sebulan 20.000 rupiah.
Keadaan seperti itu sebenar tanpa perlu diskusi lagi, sudah pasti menjadi hemat dan tidak punya apa-apa kecuali menunggu sumbangan orang lain.