Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

4 Faktor Penentu Mentalitas Frugal Living di Jerman

10 Juli 2022   04:02 Diperbarui: 10 Juli 2022   11:49 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi decluttering atau menyingkirkan barang-barang yang sudah tidak dibutuhkan sebagai bagian dari gaya hidup minimalis. Sumber: Shutterstock/Andrey_Popov via Kompas.com

Banyak orang tidak tahu seperti apa mentalitas orang Jerman, maka gampang mengira di Jerman orang dapat membuat proposal dan mendapat uang sumbangan dengan mudah. Nah, cara pikir seperti itu rupanya keliru.

Umumnya mereka punya konsep tentang uang. Uang dipakai sejauh dapat dipertanggungjawabkan dan sejauh itu bermanfaat. Tentu saja tidak semua seperti itu, sekurang-kurangnya yang saya belajar dari teman-teman yang serumah.

4 faktor penentu mentalitas frugal living di Jerman | Dokumen diambil dari Check City
4 faktor penentu mentalitas frugal living di Jerman | Dokumen diambil dari Check City

Oleh karena itu, jika berurusan dengan keuangan, maka harus dikatakan itu merupakan urusan yang paling rumit. Laporan keuangan harus jelas, dengan data, nama dan alamat yang jelas.

Salah menulis alamat saja, maka sudah pasti kita akan ditelpon dan mereka tidak segan-segan untuk mengatakan peringatan bahwa cara itu tidak baik dan tidak boleh dilakukan lagi.

Dari beberapa pengalaman pribadi, saya bisa mengatakan bahwa hidup hemat itu sangat bergantung pada konsep tentang uang. Jika orang membayangkan uang itu gampang diperoleh, maka sudah pasti dia tidak akan menjadi lebih hemat.

Sebaliknya, semakin orang merasakan betapa sulitnya memperoleh uang, maka orang akan otomatis berpikir bagaimana bisa menjadi hemat.

Jerman bagi saya adalah negara kaya yang hidup mereka sangat hemat, bahkan bisa saja bagi orang Indonesia bisa dianggap pelit. Tapi, pelitnya rasional. Menjadi pelit, jika tidak masuk akal tujuan penggunaannya, tetapi jika itu logis dibutuhkan, maka mereka akan memberikannya.

3. Frugal living itu adalah sebuah pilihan hidup

Jalan hidup yang saya tempuh sudah sejak awal menuntut saya untuk frugal living. Saya masih ingat ketika zaman kuliah dulu di tahun 2000 an, coba bayangkan menerima uang saku untuk belanja kebutuhan pribadi dalam sebulan 20.000 rupiah.

Keadaan seperti itu sebenar tanpa perlu diskusi lagi, sudah pasti menjadi hemat dan tidak punya apa-apa kecuali menunggu sumbangan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun