Beli BBM subsidi via MyPertamina tidak boleh menjadikan orang lupa tentang hidup hemat energi.
Topik pilihan sorotan Kompasiana kali sangat menarik karena berkaitan dengan penerapan kemajuan teknologi digital yang dipadukan dengan kebutuhan manusia modern saat ini, "Beli BBM Subsidi via Aplikasi".
Setelah mencermati rencana penerapan ini saya mempertimbangkan 5 hal ini yang perlu diperhatikan:
1. Pembelian BBM subsidi tidak boleh bertujuan untuk menumpuk BBM pada beberapa orang yang punya kepentingan
Pembelian BBM subsidi tidak dimaksudkan agar dibeli sebanyak mungkin oleh sekelompok orang. Secara lebih khusus tidak bisa dilihat bahwa hal itu sebagai momen penting bagi mereka yang punya kemampuan menguasai digital.
Sistem beli BBM subsidi karena perlu mempertimbangkan soal sasarannya dan jumlah. Oleh karena itu, data terkait pembeli dan berapa banyak yang boleh dibeli mesti diatur secara otomatis oleh sistem aplikasi itu.
2. Pembelian subsidi via aplikasi MyPertamina perlu adanya koneksi data
Koneksi data yang sangat dibutuhkan dalam kaitan dengan pembelian BBM subsidi ini yakni data kepemilikan mobil dan data pembelinya. Mengapa hal ini penting:
Kita perlu hindari kecenderungan penampungan BBM pada pihak-pihak yang punya kepentingan, ingat kasus minyak goreng.
Subsidi BBM tentu punya batas dan tidak berkelimpahan, jadi tidak bisa dibeli oleh semua orang.
Melalui cara itu, pemerintah mau secara tidak langsung mengendalikan pemakaian BBM dalam kebutuhan sehari-hari secara efektif.
Motivasi bagi pengguna kendaraan untuk mengikuti trend zaman digital dan fasilitas pendukungnya.
3. Sistem perlindungan data perlu ditingkatkan
Pertanyaan yang tentu perlu didiskusikan lagi adalah apakah mungkin dalam konteks pembelian BBM subsidi itu orang menggunakan data NIK? Apakah pembelian BBM subsidi itu tidak ada hubungannya dengan pajak?
Tantangan bagi pemerintah tentunya, bagaimana menggunakan data yang sama untuk tujuan yang berbeda secara tepat, efektif dan berkualitas.
Tentu saja, jika efektivitas sistem perlindungan data ini bisa dijaga, maka problem kecurangan terkait penumpukan dan penjualan minyak eceran di pelosok-pelosok desa bisa diatasi.
4. Beli BBM subsidi tidak sama dengan karena murah, maka bisa beli sebanyak-banyaknya
Sistem dalam aplikasi MyPertamina perlu menerapkan pembatasan dan deteksi seberapa sering pemilik kendaraan yang sama dalam sehari membeli BBM subsidi.
Oleh karena registrasi data kendaraan perlu dilakukan setiap pengisian, tanpa itu, maka bisa saja logika konyol itu muncul: Oleh karena subsidi dengan harga yang murah, maka saya beli sebanyak-banyaknya.
5. Wawasan hemat energi
Sistem aplikasi MyPertamina harus menerapkan sistem yang mengajarkan masyarakat untuk bertanggung jawab dan peduli kepada orang lain dan juga kebutuhan dan persediaan minyak bumi secara global.
Wawasan global tentang hemat energi mesti juga dipahami oleh masyarakat pemakai kendaraan saat ini. Tanpa wawasan hemat energi, maka hanya ada mentalitas yang menghamburkan energi.
Jika terjadi seperti itu, maka kebijakan beli BBM subsidi sebenarnya tidak terlalu menolong masyarakat kita sendiri. Nah, dalam konteks itulah, kita perlu menciptakan sistem aplikasi yang tidak hanya menjaga data pribadi seseorang, tetapi juga membangunkan kesadaran tentang hidup hemat energi.
Demikian beberapa catatan terkait sorotan topik "Beli BBM Subsidi via Aplikasi". Pada prinsipnya pemerintah perlu mempertimbangkan segala kebijakan secara baik agar mentalitas masyarakat umumnya menjadi lebih baik daripada sekedar memakai dan menghabiskannya.Â
Hidup hemat energi perlu menjadi target yang dipadukan dengan kemajuan teknologi digital saat ini.
Salam berbagi, ino, 8.6.2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H