Pada tahun 1994/1995 mitos itu masih hidup hingga menghipnotis pikiran banyak sekali anak-anak remaja. Anak-anak sangat remaja tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat merindukan menikmati pendidikan di sekolah-sekolah swasta di sana, ya termasuk saya.
Alasannya sederhana sekali karena gengsi, sekaan-akan dengan menjadi murid dari sekolah bergengsi itu otomatis jadi cerdas. Konyol bukan? Saya pernah hadapi situasi itu secara langsung.
Saya merasa tidak percaya diri ketika saya menikmati pendidikan di sekolah swasta lainnya, demikian juga dengan beberapa teman saya yang menjadi  siswa dari sekolah negeri.
Pergulatan itu pernah menyisakan pertanyaan mengapa orang berbangga dengan kualitas sekolah sementara dia sendiri tidak berkualitas? Apakah nama besar sekolah akan diinstal secara otomatis sebagai sebuah kualitas dalam diri saya? Tentu tidak.
Nah, pada tahun itu saya mencoba melawan mitos otomatis itu dengan memilih jalur lain. Saya menjadi siswa dari sekolah swasta yang tidak terkenal di kota Ende.Â
Namun pada usia muda itu saya sudah punya prinsip seperti ini. Andaikan saya masuk di sekolah favorit, tetapi saya malas belajar, pasti kebodohan ditutupi oleh nama besar sekolah itu, apa yang bisa saya banggakan?
"Tidak, tidak" kata hati saya pada saat itu. "Saya mesti membuktikan bahwa yang berkualitas itu bukan cerita masa lalu dari sebuah sekolah dan keberhasilan orang lain, tetapi saat ini adalah saya sendiri yang harus membuktikan berkualitas."
Dari sekolah tidak punya nama besar, tetapi saya bisa memperoleh beasiswa dan pernah mengalah sekolah-sekolah ternama dalam ajang cerdas cermat. Kebahagiaan saya dan teman-teman waktu luar biasa.
Kemenangan waktu itu sama dengan meruntuhkan mitos sekolah favorit. Ya, sekolah berkualitas tanpa didukung oleh kedisiplinan diri anak-anak didik untuk sungguh-sungguh belajar, maka itu benar-benar merupakan sebuah bencana.
Mengapa saya mengatakan sekolah berkualitas tanpa didukung dengan kedisiplinan, maka akan menjadi bencana:
- Pada masa itu, semua sekolah punya kurikulum pengajaran yang sama.
- Sistem pengajaran dan metode pengajaran tidak jauh berbeda, dengan jumlah waktu belajar di sekolah yang sama.
- Buku-buku panduan mengajar dan belajar boleh dimiliki secara bebas.
Hal apa yang bisa mendukung kualitas sekolah tentunya merupakan pertanyaan penting. Waktu saya mengalami bahwa selain guru-guru punya kedisiplinan yang tinggi, tetapi siswa juga dituntut untuk memiliki kedisiplinan diri.