Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Grafiti, Dilema antara Karya Seniman Jalanan dan Vandalisme

9 Mei 2022   00:45 Diperbarui: 9 Mei 2022   10:05 2898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coretan di jembatan | Dokumen pribadi oleh Ino
Coretan di jembatan | Dokumen pribadi oleh Ino

Nah, sekurang-kurangnya saya pernah melihat langsung di ujung jembatan Theodor. Seorang pria yang kurus tinggi berambut pirang. Pada tangan kirinya, ia memegang sebotol bir dan pada tangannya sedang beraksi melukis dengan menggunakan botol semprotan spuit.

Apakah karena dia sedang mabuk atau tidak, yang jelas ia mesti tahu membedakan pada tempat di mana ia diperbolehkan melakukannya itu dan mana yang tidak boleh. Rupanya kejernihan berpikir sudah dikacaukan oleh minuman yang beralkohol.

Sudah pasti bahwa grafiti itu hampir bisa ditemukan di mana-mana, bahkan di setiap sudut rumah selalu saja ada tulisan-tulisan. 

Tugas pemerintah adalah bagaimana mengayomi pelukis dan seniman jalanan itu supaya teratur melukis dan menulis pada tempatnya dan bukan suka-suka mereka.

Seni tentunya mulia jika tidak tercampur oleh unsur vandalisme atau perbuatan yang merusak karya seni seseorang dengan kemarahan (blinde Zerstörungswut). 

Karya seni yang dimaksudkan di sini bukan saja soal lukisan hasil karya para seniman jalanan itu, tetapi karya seni dalam bentuk arsitektur bangunan yang dirusakan dengan gambar-gambar yang tidak sesuai dan tidak pada tempatnya.

Bagaimana caranya supaya grafiti itu bisa tidak mengarah ke vandalisme:

  1. Perlu adanya gerakan mencintai seni dengan merangkum para seniman jalanan.
  2. Perlu adanya pengarahan kepada para seniman jalanan yang secara resmi terdaftar sebagai pelukis grafiti.
  3. Perlu adanya kontrol dan kerjasama pemerintah supaya mencegah aksi-aksi vandalisme. 
  4. Perlunya opini-opini positif yang mengarahkan para seniman jalanan merealisasikan bakat dan kemampuan mereka secara tepat, benar dan bermanfaat.

Demikian beberapa ulasan terkait grafiti dan dilema vandalisme seniman jalanan. Pada prinsipnya nilai dari karya seni itu akan menjadi tinggi, jika ditempatkan pada tempat dan waktu yang tepat.

Salam berbagi, ino, 9.05.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun