Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Grafiti, Dilema antara Karya Seniman Jalanan dan Vandalisme

9 Mei 2022   00:45 Diperbarui: 9 Mei 2022   10:05 2898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafiti di samping tembok dari tempat jual Burger di Mainz | Dokumen pribadi oleh Ino

Grafiti di samping tembok dari tempat jual Burger di Mainz | Dokumen pribadi oleh Ino
Grafiti di samping tembok dari tempat jual Burger di Mainz | Dokumen pribadi oleh Ino

Sejarah mencatat bahwa asosiasi Pusat Pemilik Rumah dan Tanah Jerman pernah melaporkan bahwa pada tahun 2005 telah menghabiskan biaya sebesar 500 juta euro untuk menghapus grafiti ilegal pada bangunan dan pada kereta api.

Kasus-kasus itu telah dihitung oleh pihak transportasi kereta api Jerman (Deutsche Bahn) sebagai sebuah vandalisme. Pada tahun 2012 biaya yang dikeluarkan sebesar 33 juta euro dari 30.000 kasus vandalisme (bdk. de.m.wikipedia.org).

Memburu pelaku grafiti yang tidak pada tempatnya

Saya masih ingat pengalaman pagi hari ini. Ketika saya keluar dari pintu depan rumah, langsung terlihat 3 polisi di depan rumah sedang terburu-buru. Mereka mengambil foto pada dinding rumah kami yang baru saja di coret.

Padahal pada dinding yang sama sudah berkali-kali dihapus, tetapi lalu dicoret kembali. Terkadang ada tulisan yang tidak sopan, makian, bahkan ada simbol-simbol dari ideologi yang terlarang.

Tidak heran aksi-aksi seperti itu diburu polisi. Meskipun demikian, terasa pula bahwa aksi-aksi sangat sulit dideteksi, karena pelaku selalu melakukan itu pada saat tidak ada orang yang melihatnya, kecuali jika ada CCTV.

Tulisan, simbol dan gambar grafiti umumnya lebih berupa kode-kode dan atau singkatan dan nama samaran. Oleh karena itu, sangat sulit mendeteksi siapa pelakunya dan atas dasar apa mereka melakukannya. 

Dilema antara seniman jalanan dan vandalisme

Para seniman jalanan itu sebenarnya sangat banyak. Bahkan mereka ada orang-orang berpendidikan. Ada juga orang yang mengikuti kursus dan sekolah seni rupa yang mengajarkan mereka bagaimana profesional melukis dan menggambar.

Meskipun demikian, terkadang kemampuan mereka tidak bisa secara tepat disalurkan dalam kehidupan mereka. Tampaknya seniman jalanan itu tergoda melakukan aksi vandalisme berupa protes dan corat-coret tembok dan lain sebagainya ketika mereka sedang dirasuki alkohol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun