Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Menyongsong Minggu Palma di Tengah Gugatan terhadap Kemahakuasaan Tuhan

9 April 2022   09:41 Diperbarui: 9 April 2022   18:06 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa kita saat ini mungkin saja menyadarkan kita tentang pentingnya hidup secara terukur dan teratur. Umat Kristiani tidak bisa dengan mudahnya bersukacita, bernyanyi secara berlebihan karena ada saudara-saudari kita yang sedang berpuasa, karena ada saudara saudari kita yang juga sedang menderita di sana.

Puasa kita saat ini akhirnya perlu dilakukan dalam kesadaran menjadi lebih terukur (angemessen) tanpa ada kegembiraan yang begitu meluap-luap. Mungkin juga puasa hati dan batin kita berguna untuk perdamaian dunia. Puasa dari hati dengan rasa solidaritas dengan konteks dunia umumnya. 

Puasa dan perayaan Minggu Palma kali ini barangkali saat tepat untuk memberi sedekah. Sedekah cinta dan doa lebih dari sekedar daun-daun biasa, tetapi daun yang bisa menumbuhkan kehidupan dan harapan. 

4. Minggu Palma dan Kesederhanaan

Minggu Palma tahun ini sebagai momen perayaan mengenang kembali masuknya Yesus ke kota Yerusalem mungkin bisa saja tekanan refleksi kita sedikit berbeda. Saya yakin tekanan kesederhanaan Yesus memasuki Yesus perlu dilihat secara lebih dalam lagi oleh umat Kristiani. 

Pujian dan keledai betina itu bukan kegemerlapan, tetapi simbol dari kesederhanaan dan ketakberdayaan. Yesus bukan penguasa ternama yang punya jutaan serdadu dengan perlengkapan teknik persenjataan modern yang canggih. 

Ia datang ke Yerusalem seorang diri dengan begitu sunyi dan sederhana. Tak ada parade dengan senyum seram dan penuh ancaman. Tak ada pula senyum ramah minta bantuan senjata untuk terus berperang. 

Ia datang dalam kesederhanaan sebagai anak manusia yang punya sejarah dilahirkan oleh Maria, perempuan suci tidak bernoda. Ia datang sebagai penyelamat, Isa al-Masih yang menyembuhkan dan menyelamatkan. 

Tak hanya itu, Ia datang untuk melalui jalan penderitaan sebelum wafat dan mengalami Paskah kebangkitan. Refleksi iman ini, hanya menunjukkan satu dimensi yang kontras kehadiran Yesus dengan pemimpin-pemimpin masa kita. 

Yesus itu sederhana. Ia tidak mengangkat senjata dan berperang. Ia pergi menjumpai orang-orang yang berbeda dan mengubah horizon hidup dan cara pikir mereka. 

Demikian refleksi Minggu Palma yang tentunya bukan coretan teologis dan biblis, tetapi praksis sesuai konteks dunia saat ini. Dunia yang sedang menantikan wajah seorang pemimpin yang punya hati penuh damai dan mau berdamai kembali. Dunia yang membutuhkan jawaban dan kesaksian bahwa Tuhan punya kuasa mengatasi krisis manusia. Dunia yang perlu diubah ke dalam horison hidup dan rencana Pencipta bagi semuanya.

Salam berbagi, ino, 9.04.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun