Sementara itu ada semacam komitmen perguruan untuk menjaga nama baik perguruan. Logikanya berubah, bukan semakin  seseorang secara fisik dibina, maka semakin berani klitih, tetapi semakin mental dibina, maka semakin tenang dan jauh dari aksi tawuran.
Hal yang bagi saya sangat positif pada masa itu adalah latihan meditasi dan cara menenangkan diri dan fokus pada tujuan. Pada sisi lainnya, keberuntungan kami pada waktu itu karena seorang guru pendamping yang punya teladan baik.
Pesannya sederhana,Â
"kesaktian seorang pendekar itu bukan karena kesombongan, tetapi karena kebajikan rendah hati, sabar dan bersahabat dengan semua orang."
Pada masa-masa itu saya belajar mengenal nilai-nilai baik di tengah gelora suka adu otot. Latihan fisik dan spiritual ternyata perlahan-lahan mengubah cara pikir dan pola perilaku.
Oleh karena pengalaman seperti itu, maka saya hanya bisa memberikan beberapa solusi alternatif terkait dengan klitih di kota-kota besar di Indonesia.
3. Sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu menyiapkan ruang dan waktu pembinaan yang cukup untuk para siswa-siswinya
Pembinaan ekstra untuk pelajar itu lebih-lebih difokuskan untuk yang pernah terlibat klitih. Sedangkan secara umum perlu adanya kegiatan ekstrakurikuler berkaitan dengan latihan fisik dan spiritual yang seimbang
Latihan fisik dan spiritual itu sangat penting untuk menata keseimbangan emosional dalam diri setiap pelajar.Â
Bahkan pada saat latihan itulah, mereka diperkenalkan nilai-nilai yang berkaitan dengan kemanusiaan, persaudaraan, toleransi dan hormat menghormati.
4. Sekolah perlu membangun jaringan kerjasama dengan pihak kepolisian
Kerja sama dengan pihak kepolisian ini berkaitan dengan pembinaan mental dan wawasan hidup sehat secara fisik dan psikis di tengah masyarakat.
Saya percaya bahwa melalui penyuluhan dan pembinaan dari pihak keamanan, pelajar itu pasti tahu tentang apa akibat dari klitih misalnya dan konsekuensi hukum ketika melakukan tawuran.