Baru-baru ini saya menemukan satu botol minuman dingin di supermarket dengan tulisan seperti ini "lockdown Freiheit“ artinya lock down sudah dicoret, sehingga yang ada sekarang cuma kebebasan.
Artinya bahwa kebebasan yang dinantikan manusia saat ini bukan hanya terkait dengan makan dan minum yang bisa dinikmati di rumah makan, tetapi juga perlu dimaknai secara luas dalam kaitan dengan dunia metaverse itu sendiri dan pendidikan.
Oleh karena itu tema sorotan Kompasiana bagi saya sangat aktual dan relevan. Mengapa? Ada 5 alasan berikut ini:
1. Dunia metaverse adalah dunia nyata saat ini yang cepatÂ
Siapa saja yang hidup realistis saat ini, dia akan melihat bahwa manusia dewasa ini sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari metaverse.Â
Teknologi digital sudah menjadi pilihan yang paling dirasa keren dan elegan untuk saat ini. Dunia metaverse itu nyata meskipun belum semua orang bisa menerima dan merasakannya.Â
Bahkan dalam skala perkembangan umum dan global diterima sebagai pilihan wajib dan bukan lagi sebagai alternatif beberapa tahun yang akan datang.
Pertanyaannya apakah generasi kita sudah siap? Mau tidak mau metaverse hadir tanpa kompromi hampir dalam kaitannya dengan semua bidang kehidupan manusia di mana saja.
Contohnya, saya tinggal di Jerman, pada saat kasus Covid 19 sangat tinggi semua orang dilarang bepergian.Â
Seorang teman saya memesan makanan dari Indonesia. Saya kira itu jasa dari kemajuan teknologi digital saat ini. Dalam waktu setengah jam, makanan itu tiba di tempat saya, di Jerman.
Kenyataan seperti itu hampir tidak bisa dipercaya bahwa orang tinggal di Indonesia, tetapi bisa memesan makanan di Jerman dari rumahnya di Indonesia.