Kalau memang seperti itu, ya Indonesia rugi dong, sama dengan kekurangan satu dokter yang mestinya sangat produktif. Tidak heran Prabowo Subianto dengan lantang berdiri di pihak Terawan. Apa kata IDI saat ini?Â
Saya pikir bagaimana maraknya suara yang menentang pemecatan permanen kepada dokter Terawan oleh IDI, rakyat Indonesia harus tetap menghormati komunikasi yang baik. Artinya, tetap perlu mediasi untuk penyelesaian krisis IDI-Terawan.Â
Ini beberapa alasan yang perlu dilakukan pemerintah:
1. Evaluasi batasan peran IDI
Mungkin saatnya kita sebagai bangsa mengevaluasi lagi batas-batas peran IDI dan mana batasan peran yang harus menjadi kewenangan menteri Kesehatan. Dalam arti seperti itu sebenarnya, IDI tidak dibubarkan, tetapi perlu ada perombakan sistem perannya.Â
Katakan saja bahwa fungsi pemecatan dokter bisa dicabut, tetapi fungsi pengasuhan, pembinaan dan lain sebagai tetap saja. Namun, jika saja krisis oni dibawa ke meja hijau dan berdampak pada keputusan tertentu seperti misalnya IDI harus dibubarkan, maka mau tidak mau IDI harus dibubarkan.Â
Tapi, saya kira tidak semudah itu. Kita semua anak bangsa ini harus bisa mengkaji secara baik dan dengan pikiran jernih tanpa berusaha saling mengeliminir. IDI adalah organisasi yang didalamnya adalah anak bangsa, dokter Terawan juga adalah anak bangsa.Â
2. Pengalaman pribadi belum mewakili keputusan permanen
Saya pikir bagaimanapun kesaksian-kesaksian yang disuarakan saat ini seperti Mahfud MD, Prabowo dan tokoh-tokoh lainnya, belum bisa sebagai dasar bahwa otomatis dokter Terawan itu menang.Â
Persoalan bukan soal menang dan kalah, tetapi bagaimana komunikasi yang benar sambil merujuk pada kebenaran yang sesuai riwayat pengabdian dokter Terawan.Â
Kalau saja teori dan sejumlah gagasan dokter Terawan belum selesai secara uji klinis, IDI perlu juga bersikap bijak, seperti memberikan waktu sampai uji klinisnya selesai dan tentu IDI harus mendukungnya. Dokter Terawan kan anggota IDI.Â