Tak pernah melihat, tak pernah buta. Tak akan mengakui buta karena belum pernah melihat.
Hidup itu adalah dinamika tak terarah. Kemana dan bagaimana, ditentukaan lebih oleh suara ketukan pada tongkat.
Kehilangan bunyi itu sinyal bahwa harus waspada. Di depan ada ruang hampa.
Langkah pelan, waspada. Itu langkah orang buta yang tidak pernah mengakui buta.
Menabrak apa yang di depan baginya itulah hidup yang nyata. Tapi, itu karena buta. Jatuh di tangga, tak terhitung semuanya.
Hidup si buta yang berjumpa dengan gadis buta. Apa artinya kau katakan aku melihat wajah dan rambutmu? Si buta bersaksi dari kebutaannya.
Tak pernah melihat menjadikannya semua adalah sama. Apa itu merah, kuning, hitam, biru, putih?
Definisikan buta dari kebutaan! Dari sudut pandangnya buta itu tidak ada. Apalagi soal warna. Hidup itu adalah rasa:
"Diterima, ada jalan, ada orang lain yang terus mengikutinya, ada orang mencarinya, ada cemas dan kesal tentangnya."
Hidup dari sudut pandang orang buta.
Penolong si buta bukan siapa-siapa, tapi suara. Suara yang mengubahnya. Suara yang membuka mata hatinya tentang apa saja di luar dirinya.
Si buta bertemu orang buta, jadi teman akrab, hingga tidak menyadari diri mereka sedang buta. Apakah si buta mengenal cinta?
Cinta tak butuh warna. Tak butuh banyak definisi tentang segala yang ada. Cinta itu tentang ada bersama, hingga tersesat di padang bunga.
Cinta itu misteri buta yang tidak pernah dianggap buta oleh si buta. Cinta tidak pernah mengenal buta.Â
Die Liebe kennt keine Blinde.
Salam berbagi, ino, 16.03.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H