Desas-desus selalu laku di pasaran media sampai kapanpun. Entahkah cuma itu: penundaan pemilu 2024, presiden tiga periode, tudingan penodaan agama kepada menag, Ibu Kota Negara (IKN) yang baru?
Isu itu provokativÂ
Terasa isu penundaan pemilu itu provokatif. Karena memang untuk konsumsi politik di Indonesia, isu selalu menarik. Bukan cuma untuk kepentingan politik murni, tetapi juga untuk kepentingan media dan kepentingan yang atas namakan demokrasi.
Apalagi ketika isu-isu atau desas-desus itu sudah berhasil "hamil" dan melahirkan dusta, maka demo pengerahan massa terjadi di mana-mana. Dari desas-desus selanjutnya membesar hingga ke hiruk pikuk yang mendatangkan kekacauan negeri ini.
Ketika negeri ini menjadi begitu kacau, maka sangat mungkin tebaran isu berubah jadi konklusi bahwa negara itu tidak bisa diatur. Pihak keamanan tidak bisa mengamankan negara.Â
Tampak sekali bahwa sebagian orang masih suka-suka menebar isu. Suka plintiran ucapan mulut para pendukung pemerintah saat ini. Sampai kapan hidup mereka dibalut isu?
Isu penundaan pemilu 2024 merupakan desas-desus yang memancing amarah crazy. Kegilaan orang-orang lapar "nasi bungkus" yang tidak paham dengan nalar kritis tentang racun dalam nasi bungkus.
Oleh karena itu, terlihat ada tiga godaan bagi pemerintahan Jokowi saat ini:
1. Membangun konsep tentang figur Jokowi yang inkonsisten
Isu-isu ini dibangun seakan-akan sangat menguntungkan Jokowi. Â Kalau pemilu ditunda, maka Jokowi untung dong. Ia masih menjabat sebagai presiden bukan? Akankah terjadi seperti itu?
Isu itu rupanya sudah terbaca. Kemana arah giringan opini desas-desus akan berlayar. Saya lebih suka sebut isu penundaan pemilu 2024 sebagai satu "jebakan batman."