Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Survei Capres dan Tensi Politik Menjelang Pilpres 2024

26 Februari 2022   03:28 Diperbarui: 27 Februari 2022   08:00 1872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Warga menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) | (ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI via kompas.com)

3. Seperti apa komitmen dan gagasannya selama ini terkait pluralisme di bawah payung Pancasila dan UUD 1945?

Selain komitmen terkait dengan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, ternyata sangat penting juga bahwa capres yang perlu digodok dalam survei selanjutnya adalah capres yang punya konsep dan gagasan tentang pluralisme di Indonesia di bawah payung Pancasila dan UUD 1945.

Pemahaman capres terkait keberagaman di Indonesia mesti terus diperlihatkan ke publik. Nah, hal seperti itu bisa dilihat dalam gagasan-gagasan mereka selama ini. Atau bahkan bisa saja perlu ada wawancara khusus terkait tema tentang kebhinekaan, Pancasila dan UUD 1945.

Saya pikir tema tentang kebhinekaan, Pancasila dan UUD 1945 sangat penting, sehingga ketika capres itu menjadi presiden, ia akan tetap setia dengan pemahaman yang benar tentang dasar negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tentang kebhinekaan bangsa ini. 

Sebaliknya, bukan tidak mungkin, jika salah memilih, gerakan yang ingin mengganti Pancasila bisa saja mencapai puncak kejayaannya, apalagi jika presidennya punya paham radikal ekstrim.

Saya lebih melihat bahwa seorang capres itu harus seorang yang benar-benar berakar pada kultur dan budaya Indonesia dan bukan berselimutkan kultur Indonesia. Selimut bisa saja suatu saat dibuang dan diganti dengan yang lainnya.

4. Bagaimana rekam jejak digital capres selama ini?

Poin yang tidak kalah menariknya adalah soal jejak digital capres. Setiap capres sudah pasti punya jejak digital. Jejak digital itu adalah gambaran diri dan visi yang tersembunyi untuk bangsa ini.

Ketiga pertanyaan di atas bisa saja menemukan jawabannya melalui jejak digital capres itu sendiri. Menyelami jejak digital bukan berarti tidak percaya bahwa capres itu tidak akan berubah, kalau ditemukan jejak digital capres yang patut dicurigai dan diragukan.

Menjadi pemimpin itu bukan saja soal percaya atau tidak, tetapi soal kebenaran yang dimengerti secara sederhana sebagai kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan atau hasilnya.

Kebenaran yang perlu menjadi rujukan masyarakat Indonesia saat ini adalah kebenaran yang bisa dilihat melalui media sosial dan perbandingan-perbandingan dengan media-media lainnya yang bisa diakses tentang seorang capres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun