Komitmen kepemimpinan itu bisa dilihat secara jelas melalui kehidupan capres yang direkam media sosial. Tentu berhadapan dengan media pendukung capres, akan tetapi masyarakat semestinya bisa mendengar langsung apa yang dikatakannya dan apa yang sudah menjadi kenyataan dari apa yang dikatakannya.
Alat ukur komitmen  capres semestinya adalah kesejajaran antara apa yang dikatakannya dan apa yang telah menjadi kenyataan.Â
Pada tingkat itu, sudah bisa dilihat dengan jelas, mana capres yang manis di bibir, tetapi tidak bisa merealisir janji-janjinya dan mana capres yang punya komitmen dekat dengan rakyat dan berpihak pada kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
2. Adakah indikasi keberpihakan pada kepentingan gerakan radikalisme?
Kriteria penting yang perlu menjadi rujukan dalam survei semestinya juga berkaitan dengan indikator hubungan dan keberpihakan dengan gerakan radikalisme.Â
Nah, dalam poin ini sebenarnya, masyarakat Indonesia sudah bisa melihat dengan jelas bukan saja soal apa yang pernah capres itu katakan, tetapi bagaimana partisipasi dan kehadirannya dalam mendukung gerakan radikalisme selama ini.
Poin tentang pertimbangan keberpihakan pada radikalisme mesti diperhatikan dengan serius. Kendala besar ketika capres yang memang punya kepentingan dengan radikalisme itu lolos, maka gerakan radikalisme yang ditekan selama ini akan bertumbuh subur dan kembali menunjukkan taringnya yang sewenang-wenang.
Apakah masyarakat Indonesia setuju dengan figur yang seperti itu? Saya pikir lebih baik punya capres yang biasa, bukan dari latar belakang yang terkenal pandai bersilat lidah, lalu mengelabui masyarakat dengan janji dan dalil logis yang tidak bisa dibantah.
Capres yang biasa dan sederhana dalam hal ini yang tidak menunjukan tensi emosional tidak seimbang dan tidak terlalu banyak berdalil dengan argumen-argumen yang terkadang tidak masuk akal.Â
Dari tiga calon unggulan hasil survei itu sebenarnya sangat jelas di mata masyarakat, siapa yang menempati posisi capres yang biasa dan dekat dengan rakyat dan siapa yang temperamental dan yang suka berkutit dengan argumen-argumen sok cerdas, tapi tidak bisa mendarat di hati rakyat.