Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada 5 Alasan Tidak Perlu Benci Produk Luar Negeri

23 Januari 2022   04:32 Diperbarui: 14 Februari 2022   20:06 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih relevankah ungkapan benci produk luar negeri? Dunia metaverse ini sudah tidak punya dinding lagi. Artinya siapa saja dan kapan saja bisa berkenalan dengan produk-produk luar negeri. 

Oleh karena itu, terasa begitu mustahil kalau gema benci produk luar negeri masih dikidungkan saat ini. Konsep yang mungkin jauh lebih positif adalah bahwa pentingnya kesadaran membangun kolaborasi global (global collaboration) bukan saja soal kesamaan secara geografis, tetapi lebih dalam kaitannya dengan kolaborasi dalam berbagi informasi dan komunikasi terkait tema-tema bersama, misalnya terkait tema seperti penolakan nuklir dan tema pemanasan global (Global warming).

5. Budaya Nusantara itu ramah bukan benci

Ungkapan "benci produk luar negeri tanpa disadari sebenarnya sangat bertentangan dengan budaya bangsa kita. Budaya Nusantara itu beranekaragam. Oleh karena itu, kata "benci" tampak tidak elok sebagai cerminan dari anak Nusantara yang punya wawasan global yang terbuka pada yang lain.

Gugusan pulau-pulau yang didiami anak bangsa ini selalu membawa sesuatu yang khas dan unik yang selalu juga diterima. Penerimaan terhadap yang lain, mungkin bisa menjadi poin yang penting yang perlu lebih kedengaran gemanya daripada benci tentunya.

Penerimaan atas yang lain, yang berbeda itu memang tidak mudah, tetapi itu sangat penting dipelajari anak-anak Nusantara ini. Budaya bangsa kita punya warisan keramahtamahan (Gastfreundschaft) yang luar biasa, tidak hanya datang dari ajaran agama-agama, tetapi juga dari warisan budaya dan adat istiadat. 

Dalam konteks produk pasar global, sebenarnya sikap anak bangsa ini bukan benci, tetapi ramah dan kritis. Ya, jauh lebih cerdas dan terhormat misalnya orang menolak sesuatu tetapi dengan kata-kata yang santun. Atau bisa saja, orang menolak atau mengabaikan sesuatu dengan tidak menekan tombol like. 

Demikian beberapa poin catatan kritis terkait alasan mengapa ungkapan "benci produk luar negeri" perlu dikritisi lebih jauh lagi. Ungkapan benci produk luar negeri lebih sebagai suatu motivasi yang membangkitkan gairan anak bangsa untuk menaikan bendera kemenangan dalam kreativitas, inovasi, kualitas, kredibilitas agar mampu bersaing di pasar global dengan pola metaverse yang transparan dan tanpa dinding pembatas. 

Menjadi zuverlässig hari ini sama halnya dengan memperpanjang masa depan usaha anak bangsa di bumi nusantara ini. 

Salam berbagi, ino, 23.01.2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun