Duhh... ternyata nggak mudah lho. Oleh karena itu, saya mengagumi penulis-penulis yang bisa mengungkapkan gagasan mereka dengan singkat, padat dan jelas, tetapi juga tidak membesarkan kesalahan kecil, melainkan membesarkan hal baik yang kecil.
Kepekaan hati bagaikan radar kecil yang bisa menangkap hubungan-hubungan dalam proses menulis, maupun saat membaca. Kepekaan hati dibutuhkan tentu dalam hal apa saja, termasuk dalam kegiatan tulis-menulis.
Kepekaan hati terkait juga dengan konteks menentukan mana yang perlu di "japri" dan mana yang layak dipublikasikan. Kadang saya merefleksikan bahwa bahasa dan kepekaan hati itu menjelaskan siapa itu penulisnya.
5. Mengolah rasa dari reaksi batin dan menata emosi
Segala sesuatu yang terjadi di depan mata manusia selalu menimbulkan reaksi yang bermacam-macam. Ada reaksi senang, kecewa, kesal dan lain sebagainya.Â
Dari sekian reaksi itu ada satu yang mungkin penting dilakukan sebelum salah satu reaksi akan menjadi objek tulisan yakni mencari waktu untuk mengolah reaksi dan menata emosi.
Cukup sering dari pengalaman sendiri membuktikan bahwa terburu-buru terbawa ide, juga terburu-buru menulis tanpa punya kesempatan untuk mengolah reaksi batin dan menata emosi. Ketakutannya sederhana karena ide datang dalam waktu yang begitu singkat, setelahnya bisa lenyap dan tidak kunjung datang.
Bagaimanapun juga mendesak dan menariknya ide-ide kita, tetap dibutuhkan saat-saat untuk mengolah reaksi batin dan menata emosi. Bahkan proses itu bisa dilakukan setelah tulisan itu sudah selesai dan dibaca kembali. Tanyakan pada diri sendiri, apa reaksi batin Anda sendiri?
Sebagian orang mungkin menganggap itu sederhana atau tidak penting, namun proses mengolah reaksi batin dan menata emosi itu penting untuk self correction atau koreksi diri.
Demikian ulasan singkat terkait kiat-kiat dalam menulis hal-hal kecil di sekitar kita. Apa saja bisa ditulis termasuk hal-hal kecil. Namun tidak semua hal kecil seperti kesalahan kecil itu layak dibesar-besarkan, kecuali membesarkan hal-hal kecil yang baik.Â
Tentu semuanya perlu pendekatan pribadi, memperhitungkan diksi, kepekaan hati, bahkan butuh saat-saat untuk mengolah reaksi batin dan emosi diri hingga masuk ke dalam self correction.