Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada 5 Kiat Menulis tentang Kesalahan Kecil

21 Desember 2021   15:46 Diperbarui: 1 Januari 2022   13:14 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada 5 kiat menulis tentang kesalahan kecil | Dokumen diambil dari: penerbitdeeppublish.com

Oleh karena prinsip seperti itu, maka ada langkah-langkah yang lebih persuasif. Langkah persuasif itu bisa dilakukan melalui jalur privat ya dalam bahasa yang lebih umum "di bawah empat mata." 

Kekurangan, kesalahan seseorang atau institusi tertentu tidak akan menjadi begitu memalukan kalau langkah persuasif itu ditempuh, tentu berbeda dengan orang yang sudah melakukan langkah-langkah itu, namun tidak dihiraukan, maka menyoroti dalam tulisan itu mungkin menjadi salah satu cara untuk mengubahnya.

Menulis tentu bukan sebagai langkah pertama dari suatu pendekatan untuk mengatasi suatu kekurangan, kesalahan khususnya kekeliruan dan kesalahan teknis. 

Saya lebih melihat menulis tentang kekurangan, kesalahan seseorang itu lebih sebagai langkah kedua setelah upaya persuasif yang ramah sudah dilakukan.

2. Sudahkan orang menempuh "japri" alis jalur pribadi, pesan ramah peredam emosi?

Di dunia teknologi komunikasi saat ini, orang mengenal banyak istilah dengan singkatan-singkatan yang menjadi begitu populer. Salah satu istilah itu adalah "japri" atau jalur pribadi.

Secara pribadi saya mengenal istilah "japri" itu ketika munculnya fasilitas WhatsApp dan ketika punya banyak grup. Cukup sering bahwa diskusi para anggota grup akhirnya menyinggung perasaan seseorang, padahal seseorang yang dibicarakan itu adalah juga anggota grup.

Dalam konteks seperti itu, orang selalu cepat-cepat mengatakan, "oh sebaiknya pakai "japri"saja langsung ke orangnya."Japri" memang punya dua sisi. Pada satu sisi dianggap lebih sopan dan ramah antarpribadi. Namun pada sisi yang lain, terkesan orang tidak gentleman membicarakan persoalan di depan banyak orang.

Nah, itulah yang sering sekali terjadi di masyarakat luas terkait dengan konteks kemajuan teknologi komunikasi saat ini. Pada hal orang perlu membedakan pada hal manakah semestinya ada "japri" dan pada hal mana mesti dengan terus terang bisa di depan publik entah melalui tulisan atau komentar di media sosial.

Rasanya untuk membedakan dua hal itu ternyata tidak mudah. Ya, orang perlu belajar menggunakan kepekaan hati dalam membuat distingsi antara jalur pribadi dan jalur umum.

Sementara itu, ada pula hal yang tidak bisa ditiadakan bahwa masing-masing orang punya kebebasan. Dia bebas untuk menulis tentang apa saja, bebas untuk memperdalam sesuatu hal dan seterusnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun