Inilah catatan pagi saat pasar sunyi tiada penjual dan pembeli lagi. Mereka pergi dari lingkaran penuh kontrol dan disiplin sana sini. Ingin melihat penjual-penjual kurbis, sayuran dan bumbu penyedap sarapan panas siang hari.
Namun mereka tidak ditemukan di sana lagi. Â Entahkah di rumah atau di tempat mana lagi, aku tidak mengerti mengapa terjadi seperti ini. Baru pertama kisah sunyi pasar kotaku ini. Kisah asing tentang pasar sunyi di akhir tahun ini.
Semua akhirnya mencari jalan sendiri-sendiri, bagaimana bisa hidup di tengah krisis. Bagaimana supaya perekonomian rumah tangga bisa berjalan aman sampai kini dan nanti?
Jangan malu-malu berjualan di pinggir-pinggir kota ini. Hidup di tengah krisis butuh langkah berani. Berani berkreasi di tengah situasi sulit tak selamanya luput dari seruput kopi pahit.
Ya, mau bagaimana lagi, demi hidup ini, orang-orang terus berjuang walau kebebasan mereka sudah mulai dikikis habis. Hidup tetap lebih penting dari kebebasan.Â
Keamanan tetap lebih penting dari kontrol identitas. Sunyi lebih penting daripada duka dan kematian. Bahagia tentu lebih penting dari ratapan tentang krisis ini.
Mengeluh dan kesal itu memang benar-benar tidak penting. Berjuang dengan hati yang sunyi dan damai itu sangat penting di tengah krisis covid ini.
Salam berbagi, ino, 12.12.2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H