Di mana orang tidak mengenal kata "jatah"? Kapan orang mendengar kata "jatah"? Nah, korupsi bisa saja berawal dari konsep "jatah" yang tidak benar.
Jatah mestinya benar cuma dalam konteks urusan pribadi dan bukan dalam kaitannya dengan urusan birokrasi, ya dalam urusan umum. Meskipun demikian, bagaimana bisa mengoreksi sistem "jatah" di negeri ini?
Jatah yang masih relevan, masih adakah?
Jatah itu kata yang hidup. Kata itu belum "koma", namun terus kumat dari waktu ke waktu. Nah, kita mungkin perlu tahu kapan kata "jatah" itu mulai kumat.
Jatah saat ini sudah punya sistemnya. Sistem jatah yang begitu terorganisir dengan rapi dan bahkan berada dalam titik aman. Mengapa berada dalam titik aman?
Nah, "Jatah" itu sebenarnya milik sebagian penguasa, milik mereka yang punya senjata dan milik orang-orang yang punya palu pengambil keputusan.Â
Sistem "jatah" saat ini sudah begitu kuat dan halus sampai sulit dideteksi lagi. Tapi ada juga yang coba memformalkannya dengan seperangkat aturan palsu tanpa dipublikasikan sekedar untuk menipu masyarakat.
Kapan musim "Jatah" di Indonesia?
Jatah saat ini sudah berubah konotasinya, ya sama dengan sogok, ya korupsi. Musim paling hangat "jatah" adalah musim testing menjadi pegawai negeri sipil dan testing-testing lain menjadi aparat keamanan.
Jika anak mau jadi  seorang pegawai sipil maka harus pakai jatah dong. Ya, cuma satu-satu saja yang benar-benar murni lulus tanpa pakai jatah. Jatah selalu punya amplop rahasia.
Jatah itu berlaku sebagai ulang pelicin dan pelancar dalam semua tahap seleksi untuk menjadi pegawai negeri sipil di negeri ini. Sekali macet, maka amplop harus dibuka. Cerita seperti itu rupanya begitu sulit ditiadakan.