Itulah alasannya mengapa usaha-usaha kecil di kampung sering tidak berkembang pesat. Bahkan saking kesalnya para pengusaha kecil di kampung sampai mereka menuliskan seperti ini pada dinding usaha seperti kios mereka. "Manusia hancur karena bom, sedangkan kios hancur karena bon."
Nah, itulah gambaran dari pengalaman om Simon pada saat itu. Hidupnya bagaikan sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Om Simon pada suatu waktu tidak lagi melayani pesanan orang, bahkan hobinya perlahan-lahan ditinggalkannya.
Pada bulan juli 1988 waktu itu om Simon punya karya yang baru lagi. Di tengah serunya pesta syukur panen yang dirayakan secara adat, om Simon hadir dengan tawaran unik.
Cincin dari cangkang kenari
Om Simon membuatkan cincin-cincin dari cangkang kenari. Tentu mengerjakan cincin dari cangkang kenari bukanlah pekerjaan mudah. Buah kenari yang kecil itu dipotongnya secara perlahan-lahan, hingga membentuk cincin.
Bahkan cincin dari cangkang kenari itu disertakan dengan ukiran halus seperti diberi tanda xxxxx dengan jarak yang sangat teratur yang diselingi dengan gambar hati.Â
Ya, om Simon bukan saja sekedar terampil, sabar dan tekun, tetapi juga seorang seniman. Cincin dari cangkang kenari pada masa itu sangat berarti.
Om Simon bahkan bisa mendesain jenis cincin untuk cewek dan untuk cowok. Ia memberi kode-kode khusus melalui ukiran yang ada pada cincin kenari itu. Kode +++ untuk cowok, sedangkan untuk  cewek xxx.
Muda mudi dalam momen pesta syukur panen membutuhkan cincin itu. Nah, adat dan kebiasaan yang melekat dengan tradisi pesta syukur panen di sana sudah menjadi suatu panggilan kebersamaan; semua warga suku bahkan tetangga akan diundang dan secara khusus untuk mengikuti tarian Gawi.Â
Pada saat tarian Gawi itulah, sebenarnya merupakan momen terbaik untuk cari pasangan hidup. Nah, pada momen itulah muda-mudi mengenakan cincin kenari sebagai sarana perkenalan mereka.