Mengapa orang Jerman merindukan wajah terbuka? Ternyata itu soal budaya lho. Kalau kita berbicara dengan orang Jerman, mereka suka kalau kita selalu melihat wajah mereka, entahlah menatap matanya, mulutnya, dan hidupnya. Pokoknya wajah kita harus tetap terarah ke mereka.
Tentu, hal seperti itu tidak nyaman bukan untuk orang Indonesia? Ya, saya sendiri pernah mengalaminya. Orangnya sudah tinggi besar, kepalanya botak lagi, lalu brewokan, lah harus tatap-tatapan. OMG rasanya serem amat.
Berbanding terbalik dengan situasi pandemi ini, wajah mereka harus ditutup dengan alasan kesehatan. Ternyata budaya sekalipun, kalau lawan Covid-19 jadi kapok, eh nurut dan bisa disingkirkan maksud saya.
Oleh karena itu, tidak heran bahwa ketika aturan menggunakan masker diperketat lagi, maka muncul reaksi makian di mana-mana. Ya, saya bisa mengerti karena hal itu bertentangan dengan budaya mereka.
Tekanan Omicron di Tempat Kerja
Tekanan bahaya dan daya jangkit varian Omicron yang sangat dahsyat itu kembali lagi menjadikan orang-orang harus memikirkan aturan baru seperti apa yang berguna untuk kesehatan manusia.
Nah, sejak seminggu ini sekurang-kurangnya di tempat kerja kembali diperketat. Tentu sesuai dengan situasi tempat kerja masing-masing. Meskipun demikian ada beberapa persyaratan yang sudah menjadi semacam suatu keharusan (Pflicht).
Di daerah Mainz khususnya di tempat kerja saya, sudah merupakan keharusan dengan persyaratan 2G (Geimpft dan Getestet) atau orang boleh diizinkan bekerja langsung (WFO) hanya kalau sudah divaksin 2 kali atau 3 kali dan pemeriksaan aktual dengan keterangan bahwa negatif.
Situasi ini memang baru berlaku seminggu ini. Bahkan setiap pegawai dan pengunjung yang datang harus menunjukkan tidak hanya hasil pemeriksaan aktual saat ini antigen test (schnell test) dan kartu kuning atau kartu vaksin, tetapi juga kartu identitas entah itu paspor, visa dan identitas lainnya. Masker harus dikenakan selama di tempat kerja, kecuali di dalam kantor seorang diri dan pintu dalam keadaan tertutup.Â
Sedangkan bagi pegawai-pegawai yang bekerja di bawah keuskupan (Bistum) semuanya diminta untuk mengirimkan foto copy sertifikat vaksin ke pimpinan masing-masing. Hal ini memang tidak pernah terjadi sebelumnya. Tentu saja dengan aturan dan prinsip perlindungan data yang dapat dijamin aman.Â
Bagaimana dengan pasar Natal (Weihnachtsmarkt) di Jerman?